KBRN, Jakarta: Dewan Pers menyoroti, titik-titik rawan pada Pileg, Pilkada, dan Pilpres dalam Pemilu 2024. Salah satu titik rawan yang disoroti, yakni serangan fajar yang tidak lagi berbentuk uang cash (tunai).
Seiring berkembangan teknologi yang serba digital ini, nominal rupiah bisa disalurkan melalui dompet digital. Seperti platform OVO dan pembayaran digital lainnya.
"Ada titik rawan yang perlu di waspadai, yaiti politik uang, sekarang bukan lagi cash and carry. Bukan lagi beras, serangan fajar, dapat mukena, sekarang bentuknya OVO," kata Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu dalam acara diskusi 'Workshop Peliputan Pemilu 2024', di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Tidak hanya itu, Ninik mengungkapkan, perkembangan teknologi di era media sosial (medsos) ini juga marak hoaks. Di dalam medsos, sering ditemukan ujaran-ujaran kebencian berbau SARA.
"Misal seseorang (calon) di tuduh minoritas, habis itu bisa ramai, LGBT, politisasi birokrasi. Oleh sebab iti, sarana birokrasi harus netral, jika tidak netral, bisa di manfaatkan hal tertentu," ucap Ninik.
Ke depannya, Ninik berharap, KPU dan Bawaslu disemua tingkatan bekerja keras meredam kerawanan tersebut. Karena, Pemilu 2024 adalah proses demokrasi yang sangat penting untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.
"Lalu penggelembungan suara, seperti kasus pada Pilpres 2019 lalu, kotak suara sudah di coblos (isunya), masyarakat mudah percaya. Lalu orang wafat masih punya hak pilih," ujar Ninik.
Pewarta: Dedi Hidayat
Editor: Rini Hairani
Sumber: RRI