RRI

  • Beranda
  • Berita
  • ​Alasan AMIN Tidak Pasang Target Ekonomi Tujuh Persen

​Alasan AMIN Tidak Pasang Target Ekonomi Tujuh Persen

2 November 2023 08:40 WIB
​Alasan AMIN Tidak Pasang Target Ekonomi Tujuh Persen
Bacapres/Bacawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat menyapa pendukungnya. (Foto: Timses AMIN)

KBRN, Jakarta: Jubir sekaligus Tim Ahli Ekonomi Bacapres/Bacawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar Thomas Lembong, blak-blakan soal program kerja AMIN. Terutama, memberikan alasan tim ekonomi AMIN tidak menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tujuh persen.

Thomas mengungkapkan, visi misi program kerja AMIN dalam ekonomi tidak mau kebablasan dengan janji. Diketahui, ekonomi tumbuh tujuh persen, menjadi target pasangan Bacapres/Bacawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Pertama adalah demi menjaga kualitas pertumbuhan agar tidak memunculkan banyak ketimpangan. Hingga memasang target realistis yang betul bisa dipenuhi janjinya," kata Thomas saat berbincang dengan salah satu TV swasta di Indonesia, Rabu (1/11/2023).

Dalam pertumbuhan ekonomi, Thomas mengungkapkan, AMIN menargetkan 5,5-6,5 persen. Menurutnya, angka persentase tersebut sangat realistis di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

"Anies-Muhaimin ingin menjadikan masyarakat Indonesia makmur secara merata, artinya keadilan sosial yang dikedepankan untuk memperkuat kelas menengah. Tanpa harus membuat perekonomian meroket maju namun kemakmuran tidak tercipta merata seperti di India dan China," ucap Thomas.

Kedua, Thomas membeberkan, janji pertumbuhan ekonomi yang diterapkan AMIN pada Pilpres 2024 tidak mau muluk-muluk. Target serba realistis itu, menurut Lembong, telah menjadi amanat langsung Anies-Muhaimin pada janji Pilpres 2024.

"Realistis ini boleh dibilang sebuah pertaruhan tim Anies-Muhaimin bahwa publik pemilih sekarang sudah cerdas. Mungkin lebih percaya janji-janji yang realistis dan tidak muluk-muluk, serta terlalu bombastis," ujar Lembong.

Khusus untuk target pertumbuhan ekonomi yang realistis ini, Lembong mengatakan, didasari pada perhitungan mayoritas ekonom di dunia. Memperkirakan, tahun depan dunia akan mengalami resesi ekonomi.

"Dipengaruhi tekanan suku bunga acuan yang tinggi, nilai tukar dolar yang sangat kuat. Hingga harga-harga komoditas tinggi yang menekan daya beli masyarakat," kata Thomas.

Pewarta: Dedi Hidayat
Editor: Mosita
Sumber: RRI