"Karena saya lagi di sekitar Karawang dan di sini ada tempat bersejarah, Rengasdengklok, saya kira semua tahulah bagaimana anak-anak muda saat itu ingin Indonesia merdeka," kata Ganjar di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat.
Dia mengaku mendapat pelajaran tentang semangat patriotisme. Semangat itu harus terus bergelora kepada generasi muda, kata Ganjar, di mana anak-anak muda ketika itu ingin segera merdeka tanpa bantuan Jepang.
"Saya kira sejarah inilah yang mesti ditiru, selalu ada dalam pikiran dan hati kita, sehingga kita selalu berusaha, lebih mandiri," ucapnya.
Baca juga: Lauhil Mahfud Priangan Timur bertekad menangkan Ganjar-Mahfud
Di Rengasdengklok, lanjutnya, terdapat semangat kemandirian dan perjuangan, tidak selalu memberi dan tidak berharap untuk diberi.
"Jadi, kami bisa merebut dan kami bisa lakukan sendiri, dan kami tidak bisa didikte. Woh, itu keren anak muda," ucapnya.
Dia menekankan Rengasdengklok menunjukkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan. Pasalnya, kemerdekaan Indonesia tidak hanya direbut oleh satu kelompok atau etnis.
Dia mengatakan hal itu karena pemilik rumah pengasingan Soekarno-Hatta tersebut ialah seorang keturunan Tionghoa, Djiauw Kie Siong.
"Catatan yang terpenting adalah pemiliknya Djiauw Kie Siong. Jadi, kalau kita bicara lahirnya Republik ini, itu banyak ras yang terlibat, banyak suku yang membantu, banyak agama juga. Bahkan, negeri ini dibangun secara sama-sama. Itu yang semua orang mesti tahu, tidak ada klaim satu kelompok," ujar Ganjar.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fransiska Ninditya
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).