KBRN, Bekasi: Sistem kaderisasi partai politik di Indonesia dinilai bermasalah. Pasalnya, mayoritas partai politik tidak memiliki ikatan kuat dengan akar rumput.
Peneliti Indonesian Politick Research and Consulting (IPRC) Fahmi Iss Wahyudi mengatakan parpol di Indonesia berbeda jauh dengan di luar negeri. Di negara lain ada keterikatan kuat antara partai dengan pemilih, sementara di Indonesia tidak.
Tidak adanya ikatan yang kuat tersebut pada akhirnya menimbulkan problem dalam berdemokrasi. Misalnya, setiap kali pemilu ada kecenderungan partai melakukan pembelian suara.
"Saya kira ada problem di partai politik kita. Partai politik di Indonesia tidak punya ikatan kuat dengan pemilih, beda dengan di luar negeri," kata dia.
Praktik pembelian suara tersebut dikarenakan tidak adanya dukungan kuat dari masyarakat. Ditambah lagi, waktu kampanye yang singkat ikut mendorong partai mengambil jalan pintas.
"Karena partai tidak punya basis pendukung yang kuat akhirnya mereka terdorong membeli suara. Apalagi dengan waktu kampanye yang sangat singkat," katanya.
Padahal, menurut Fahmi, efekifitas politik uang tergolong rendah. Meskipun faktanya, masih saja peserta pemilu melakukan politik uang.
"Efektifitasnya untuk politik uang rendah. Tapi desakan waktu kampanye yang singkat mau tidak mau membuat peserta pemilu tetap melakukan politik uang," ujarnya, mengakhiri.
Pewarta: Leny Kurniawati
Editor: Beri
Sumber: RRI