TVRI

  • Beranda
  • Berita
  • Sedih, Masyarakat Perbatasan Tak Bisa Saksikan Debat Pilpres, Listrik Pun Tak Ada

Sedih, Masyarakat Perbatasan Tak Bisa Saksikan Debat Pilpres, Listrik Pun Tak Ada

27 Desember 2023 14:58 WIB
Sedih, Masyarakat Perbatasan Tak Bisa Saksikan Debat Pilpres, Listrik Pun Tak Ada

TVRINews, Nunukan

Saat semua warga Indonesia membahas materi debat Capres dan Cawapres 2024, warga perbatasan RI – Malaysia di Kampung Tebol, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, masih bermimpi menikmati aliran listrik PLN.

Di kampung yang mayoritas pekerja kebun dan ladang ini, hanya segelintir yang memiliki mesin genset untuk penerangan.

Genset, dioperasikan mulai pukul 18.00 sampai pukul 22.00 WITA. Sementara warga lain, ada yang memanfaatkan aki dan lampu tenaga surya.

‘’Kami sering datang ke rumah saudara saudara kami yang punya genset. Kami carger hp disana. Jadi jangan heran kalau rumah warga yang memiliki genset, sering dipenuhi warga sekitar yang datang sekedar mengisi daya handphone mereka, karena memang belum ada listrik masuk kampung kami sejak saya kecil,’’ ujar salah satu tokoh masyarakat Kampung Tebol, Mulyadi.

Mulyadi menuturkan, gadget, dianggap sebagai satu-satunya sarana hiburan masyarakat. Warga setempat melepas lelahnya setelah seharian berada di kebun, dengan berkumpul di ruang keluarga untuk menonton video atau mendengarkan musik di handphone. Tidak ada warga yang memiliki televisi, karena nihilnya listrik di Kampung dengan jumlah penduduk sekitar 80 KK ini.

‘’Kalau mau nonton televisi, kami pergi ke kampung Lodres yang ada listrik PLN. Jaraknya lumayan jauh. Tapi seringnya kami memilih istirahat saja setelah seharian capek berkebun. Tidak pernah kami nonton bareng, termasuk debat Capres dan Cawapres,’’ kata Mulyadi.

Mulyadi mengaku nihilnya listrik, membuat warga perbatasan, menjadi kurang melek informasi. Mereka hanya bisa mendengar obrolan di kebun dan ladangnya, terkait profil Calon Presiden dan Wakil Presiden, tanpa bisa mendengar informasi secara utuh.

‘’Kalau ada listrik, pastilah nanti akan ada televisi. Kita bisa dengar langsung, lihat langsung macam mana ide dan gagasan calon Presiden kita nanti. Untungnya banyak anak muda yang menonton cuplikan debat di media sosial. Sikit-sikit kami tau,’’ lanjutnya.

Mulyadi menginginkan kampungnya menjadi kampung terang dan merasakan listrik PLN. Terkadang, suara token listrik yang menurut sebagian orang terdengar menyebalkan, menjadi suara yang diinginkan sebagian orang, salah satunya, oleh warga Kampung Tebol.

‘’Mungkin terdengar lucu, tapi sejak saya kecil sampai usia sekarang 33 tahun, Kampung Tebol belum pernah teraliri listrik,’’ kata dia.

Manager PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Nunukan, Feri Kurniawan, mengakui kondisi Kampung Tebol yang belum teraliri listrik PLN. Pihak PLN juga sudah menurunkan tim survey, untuk melakukan pemetaan dan penghitungan material yang dibutuhkan. Dan selanjutnya menjadi laporan atensi prioritas ke pimpinan atas.

‘’Kita sudah turun mengecek kondisi di Kampung Tebol. Sudah dibahas di ULP Nunukan dan sudah kita ajukan juga ke pimpinan atas. Usulan itu untuk pemasangan jaringan listrik 2024,’’ jawab Feri saat dihubungi

Terpisah, Anggota DPRD Nunukan dari Dapil Sebatik, Andre Pratama, mengatakan, sampai hari ini, kondisi Kampung Tebol masih menggunakan penerangan seadanya. Meski ada PLTS, namun daya yang dihasilkan masih minim, dan membuat warga memilih menggunakan penerangan alternative lain.

Ia menambahkan, persoalan listrik Kampung Tebol, pernah ditanyakan langsung ke PLN wilayah Berau, Kaltim, pada 2020 lalu. Sampai kemudian, ada kesepakatan, jika jalanan di sepanjang Kampung Tebol diperbaiki dan bisa dimasuki truk yang memuat material tiang beton PLN, maka pemasangan jaringan listrik akan direalisasikan. Komitmen tersebut, membuat Andre bersemangat, dan berusaha terus memperbaiki kerusakan jalan penghubung desa sepanjang 3,8 Km, yang sulit dilewati saat hujan.

‘’Dan kita tunjukkan kalau jalanan sudah layak dan bisa dilewati transportasi berat. Truk sudah bisa masuk dengan membawa material PLN. Alhamdulillah PLN sudah meghitung, kami diberikan sket jalan dan rencana posisi tiang, termasuk jumlah material yang dibutuhkan,’’ kata Andre.

Andre mengatakan, butuh kebijakan yang mengerti benar akan skala prioritas sehingga kesenjangan social di tengah masyarakat tidak terjadi, seperti halnya kasus Kampung Tebol.

‘’Kita kawal komitmen ini, dan kita akan pastikan hak dasar warga Negara untuk menikmati listrik, benar benar dinikmati masyarakat di perbatasan negara ini,’’ tegasnya.

Pewarta: Ahmad Albar
Editor: Redaktur TVRINews
Sumber: TVRI