KBRN, Jakarta: Pemerhati komunikasi politik Suko Widodo menilai upaya tiga pasangan capres-cawapres melakukan kampanye lewat TikTok efektif untuk meraih suara kalangan Milenial. Hal itu karena para pemilih dapat berinteraksi langsung dengan calonnya.
"Media sosial TikTok kan memiliki interaksinya cukup tinggi. Bukan hanya one way," kata Suko dalam perbincangan dengan Pro 3 RRI, Rabu (3/1/2024).
Apalagi, kata dia, penggunaan TikTok ini merupakan pengalaman pertama kali dalam Pilpres 2024 kali ini. Penggunaan TikTok ini terlihat begitu masif dilakukan ketiga pasangan capres-cawapres ini.
"Pendekatan melalui Baliho telah diabaikan. Karena orang tersita dalam ruang virtual, dan para calon ini tahu persis kondisi kekinian," ucapnya.
Hal ini ditambah lagi, Indonesia merupakan pengguna TikTok nomor dua terbesar di dunia. Yakni mencapai 106, 52 juta jiwa, dengan penggunanya rata-rata kalangan anak muda. "ceruk besar suara pemilih muda ini," ujarnya.
Suko melihat masing-masing pasangan itu sebelumnya memang telah akrab dengan media sosial. Sehingga penggunaan TikTok dalam kampanye Pilpres pun dilakukan oleh ketiga pasangan tersebut.
"Tetapi capres-cawapres itu harus menerima konsekuensi jika mereka ini tidak cocok, maka bukan tidak mungkin capres-cawapres disemprot kalangan anak muda ini," kata Suko.
Ia menyampaikan bahwa untuk dapat memahami bahasa anak muda, maka ketiga capres-cawapres dalam berkampanye di TikTok tidak boleh memaksa. "Sebaiknya para calon lebih banyak mendengarkan dan dialogis. Karena anak muda ini hanya ingin didengar," ujarnya.
Pewarta: Iman
Editor: Heri Firmansyah
Sumber: RRI