RRI

  • Beranda
  • Berita
  • Pakar Ungkap Penyebab Kegaduhan Debat Ketiga Capres

Pakar Ungkap Penyebab Kegaduhan Debat Ketiga Capres

9 Januari 2024 22:35 WIB
Pakar Ungkap Penyebab Kegaduhan Debat Ketiga Capres
Suasana debat ketiga calon presiden yang digelar di Istora Senayan, Jakarta. (Foto: Antara)

KBRN, Jakarta: Pakar Public Speaking Ongky Hojanto menilai, kegaduhan yang terjadi dalam debat ketiga calon presiden akibat tidak ada aturan yang jelas. Di mana, bila ada pertanyaan diluar tema tidak ada teguran tegas dari moderator. 

"Harusnya ada intervensi. Misalnya ya intervensi contoh yang dua paslon itu mendebat sesuatu yang di luar konteks, bisa ada teguran anggaplah wasit (moderator) yang bisa memberikan apakah teguran mungkin kartu kuning yang ini dalam bentuk teguran lebih keras," kata Ongky dalam dialog bersama PRO 3 RRI, Selasa (9/1/2024). 

"Juga bisa dilakukan atau meluruskan menarik kembali jalannya debat itu. Kepada koridornya sesuai tema, karena fungsinya moderator sebenarnya begitu, bukan hanya cuma menyampaikan pertanyaan," ujarnya menambahkan. 

Lebih lanjut, Ongky menyatakan, bahwa jalan debat ketiga capres sudah keluar jalur, lantaran menyerang persoalan pribadi. Namun, dari sini menjadi catatan penting terkait aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang memperbolehkan atau tidak. 

"Ini tugas KPU harus tuntas, soal aturan apabila seseorang itu masih melekat jabatan dan dikritisi adalah kinerja beliau bukan pribadi. Tetapi kalau dikritisi di luar dari itu, contoh kepemilikan tanah dan seterusnya, ini yang harus menjadi masukkan," ucapnya. 

Selain itu, Ongky memberi catatan bagi tim penyusun debat capres maupun cawapres. Biasanya, kata dia, dalam debat hanya fokus pada pembukaan, isi dan penutup debat sesuai tema yang ada. 

"Jangan terlalu menggunakan bahasa yang sulit atau susah dipahami masyarakat. Jadi tinggal analisa, masalahnya apa dan tindakannya bagaimana, agar rakyat tidak bingung," katanya. 

Di luar itu semua, ia mengungkapkan, bahwa debat ketiga capres lebih dominan memakai strategi memainkan emosi pasangan calon. Sehingga, membuat kandidat kehilangan konsentrasi. 

"Bicara tentang debat adalah adu argumentasi antar pribadi untuk mencapai kemenangan suatu pihak. Menang ini kan bisa digunakan beberapa cara, salah satunya mengganggu emosi," ujarnya. 

"Selama itu tidak ada dalam larangan-larangan yang ada dalam aturan maka itu sah. Sebab, mengendalikan emosi ini memakan energi dan membuat mungkin tidak lagi terlalu fokus," ucapnya.

Pewarta: Mandra
Editor: Rini Hairani
Sumber: RRI