RRI

  • Beranda
  • Berita
  • Bawaslu : Suara Perempuan Di Pemilu 2024 Sangat Berharga

Bawaslu : Suara Perempuan Di Pemilu 2024 Sangat Berharga

18 Januari 2024 15:14 WIB
Bawaslu : Suara Perempuan Di Pemilu 2024 Sangat Berharga
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Rahmat Bagja (paling kiri) saat menghadiri diskusi program Perempuan berdaya mengawas di Kantor Bawaslu RI (Foto : Antara)

KBRN, Jakarta: Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menyampaikan bahwa suara perempuan sangat berharga pada penyelenggaraan Pemilu 2024 mendatang. Sebab, berdasarkan data di Daftar Pemilih Tetap (DPT) di KPU suara perempuan lebih banyak dari pada suara laki-laki. 

“Dari data KPU jumlah pemilih perempuan ada 102.474.462 jiwa (50,08 persen). Sedangkan untuk jumlah pemilih laki-laki ada 102.181.591 jiwa atau 49,92 persen yang tersebar di 38 provinsi,” kata Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja kepada wartawan di Kantor Bawaslu RI Jakarta, Kamis (18/1/2024). 

Ia berharap dengan kehadiran perempuan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dapat memberikan warna untuk mengawasi proses penyelenggaraan Pemilu. Oleh karena itu, Bawaslu RI memiliki program Perempuan berdaya mengawasi, program tersebut untuk meningkatkan keterlibatan perempuan sebagai pemantau dalam Pemilu 2024. 

“Patut disadari jika terjadi pengalihan suara dan lain-lain kemudian bisa juga diawasi oleh perempuan. Oleh sebab itu, kami programnya sudah ada, perempuan berdaya mengawasi, mengajak teman-teman koalisi pemantau perempuan yang ada di seluruh Indonesia untuk ikut mengawal jalannya Pemilu," ujar Rahmat. 

Lebih lanjut, Rahmat mengatakan pihaknya bersama Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK) dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) mengadakan diskusi. Diskusi ini dilakukan untuk mengevaluasi kembali peran-peran perempuan dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.

“Perempuan juga bisa ikut melaporkan kepada kami atau ke pengawas tempat pemungutan suara (TPS) setempat. Apabila menemukan adanya pelanggaran dalam proses Pemilu,” ucapnya. 

Menurut Rahmat, perempuan mempunyai peran penting dalam menahan konflik pada penyelenggaraan Pemilu. Terutama saat perhitungan suara nanti. 

"Kalau ada laki-laki pasti lebih kencang suaranya, pada saat ada perempuan akan berbeda. Perempuan juga mengawasi jika ada pelanggaran-pelanggaran di TPS yang mungkin terjadi saat penghitungan maupun rekapitulasi suara," kata Rahmat. 

Pewarta: Aditya Prabowo
Editor: Mosita
Sumber: RRI