TVRI

  • Beranda
  • Berita
  • Sindir Prabowo soal 500.000 Hektar Tanah, Cak Imin: Ada 16 Juta Petani yang Memiliki Tanah Hanya Setengah Hektar

Sindir Prabowo soal 500.000 Hektar Tanah, Cak Imin: Ada 16 Juta Petani yang Memiliki Tanah Hanya Setengah Hektar

21 Januari 2024 20:49 WIB
Sindir Prabowo soal 500.000 Hektar Tanah, Cak Imin: Ada 16 Juta Petani yang Memiliki Tanah Hanya Setengah Hektar
Foto: Calon Wakil Presiden dengan nomor 1, Muhaimin Iskandar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Minggu, 21 Januari 2024 (TVRINews)

TVRINews, Jakarta

Calon Wakil Presiden dengan nomor 1, Muhaimin Iskandar atau sapaan akrabnya Cak Imin jalani debat keempat hari ini, Minggu, 21 Januari 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.

Saat menyampaikan visi misinya, Cak Imin sempat menyinggung Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto yang memiliki ratusan ribu hektar. 

Hal ini berawal, dari Cak Imin yang menilai jika pemerintah saat ini tidak memperdulikan nasib petani dan nelayan.

“Kita melihat, jika saat ini pemerintah abai terhadap nasib perani dan nelayan kita,” kata dia.

Kemudian, ia menyinggung Prabowo Subianto yang memiliki ratusan ribu hektar. Sedangkan 16 juta petani hanya memiliki tanah setengah hektar.

“Jika dari hasil sensus pertanian Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa 10 terakhir ini, telah terjadi jumlah petani rumah tangga gurem berjumlah hampir 3 juta. Yang artinya, saat ini 16 juta petani hanya memiliki tanah setengah hektar,” ucap dia

“Sementara, ada seseorang yang memiliki tanah 500.000 hektar sebagai kekuasaan yang diberikan negara kepadanya,” ujar dia.

Kemudian, kata Cak Imin, ia mengaku prihatin dalam pengadaan pangan nasional pemerintah meninggalkan petani.

“Kita sangat prihatin,upaya pengadaan pangan nasional melaui Food Estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita, menghasilkan konflik argaria dan merusak lingkungan kita dan ini harus di hentikan,” ujar dia.

Selain itu, ia menilai jika pemerintah hanya fokus dengan projek ‘Giant Sea World’.  Sedangkan, saat ini Indonesia dan dunia sedang mengalami krisis iklim.

“Saat ini krisis iklim sedang terjadi. Kita menyaksikan, bencana ekologi terjadi dimana-mana negara harus serius mengatasinya,” imbuh dia.

“Tidak hanya mengandalkan proyek ‘Giant Sea World’. Dan ini tidak mengatasi masalahnya, kita harus sadar krisis iklim harus dimulai dengan etika lingkungan yang intinya adalah keseimbangan antara manusia dan alam. Akan tetapi, kita menyaksikan tidak ada seimbang dalam pelaksanaan pembangunan kita,” lanjut dia.

Baca Juga: Bantah Gibran, Mahfud MD Tegaskan Tak Mudah Cabut IUP: Banyak Mafianya!

Pewarta: Nirmala Hanifah
Editor: Redaktur TVRINews
Sumber: TVRI