RRI

  • Beranda
  • Berita
  • Transisi Energi Harus Dibahas Detail dalam Debat Cawapres

Transisi Energi Harus Dibahas Detail dalam Debat Cawapres

20 Januari 2024 15:13 WIB
Transisi Energi Harus Dibahas Detail dalam Debat Cawapres
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro saat berbincang dengan Pro3 RRI, Sabtu (20/1/2024). (Foto: Tangkapan Layar RRI Net)

KBRN, Jakarta: Tahapan menuju transisi energi net zero emission dinilai harus dibahas di debat Cawapres kedua, Minggu (21/1/2024). Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro.

"Saya kira penting untuk tahapan, roadmapnya, dan instrumen apa yang dipakai oleh masing-masing calon. Hal ini apabila ketika diberikan amanah untuk masyarakat," katanya saat berbincang dengan Pro3 RRI, Sabtu (20/1/2024).

Menurutnya, ketahanan dan keberlanjutan pasokan energi untuk kepentingan dalam negeri juga harus dibahas. Ia menilai pembahasan ini bisa berlanjut hingga ke ekonomi dan ketahanan sosial masyarakat.

"Karena energi ini kan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat secara umum. Ya, mau ke sekolah, ke kantor harus pakai energi," ujarnya.

Ia menilai transisi energi yang sejauh ini sampai ke publik masih dominan satu sudut pandang. Yaitu dari lingkungan, agar emisinya tidak terlalu banyak, pemanasan globalnya bisa di-maintenance.

"Kalau dari aspek lingkungan saya kira udah oke, jauh lebih penting lagi ketika aspek transisi ini dilakukan. Manfaat yang dirasakan oleh rakyat apa?" ucapnya

"Dapat apa sih? Ada resikonya atau tidak sih? tarif listrik naik atau tidak? Bensin akan diganti atau tidak? Kalau tidak harganya masih tetap sama atau tidak? Ini saya kira point yang masyarakat perlu tahu secara detail."

Tentu, kata dia, ekspektasinya adalah akan mendapatkan energi yang lebih bersih. Kedua mendapatkan pasokan energi yang berkelanjutan.

"Biasanya kalau yang namanya transisi atau pergantian itu selalu ada resiko, bisa lebih murah, bisa lebih mahal. Di dalam konteks transisi energi ini kan belum tentu yang diekspektasikan akan terjadi," kata dia.

Saat ini, lanjutnya, sebagian besar pembangkit listrik masih pakai batubara. Lalu ia mempertanyakan jika batubara diganti dengan yang baru apakah akan lebih murah?

"Kalau lebih murah kisarannya berapa, penggantinya apa, dan kira-kira bagaimana daya pasoknya? Ini penting untuk disampaikan oleh masyarakat karena berkaitan dengan mereka secara menyeluruh," ucapnya.

Pewarta: Mosita
Editor: Bunaiya
Sumber: RRI