Sewaktu berhadapan dengan Aspar Jaelolo dari DKI Jakarta di semifinal nomor Speed World Record Perorangan Putra, Raharjati Nursyamsa berhasil meraih catatan waktu 5,14 detik, mengalahkan catatan waktu yang dibuat atlet kontingen Kalimantan Barat Veddriq Leonardo saat tampil di final Piala Dunia Panjat Tebing Salt Lake City, Amerika Serikat yakni 5,20 detik.
"Hari ini dari Jawa Barat atas nama Raharjati Nursyamsa berhasil mencatatkan waktu 5,14 (detik). Ini pencapaian yang luar biasa," ujar Ketua I Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Rudy Fitryano saat sesi konferensi pers di Arena Panjat Tebing SP2 Mimika, Papua, Jumat.
Baca juga: Veddriq Leonardo dari Kalbar raih emas panjat tebing nomor Speed WR
Kendati demikian, Raharjati gagal meraih emas karena terjatuh dari tebing (fall) saat berhadapan dengan sang pemegang rekor Veddriq Leonardo di babak final nomor Speed World Record Perorangan Putra.
Veddriq juga tergelincir saat Raharjati terjatuh, namun atlet kontingen Kalimantan Barat itu berhasil bertahan untuk tidak jatuh, sehingga bisa melanjutkan memanjat sampai ke puncak.
Menurut Veddriq, pencapaian Raharjati sebetulnya luar biasa, namun dirinya tetap fokus pada pertandingan tersebut, sehingga bisa merebut medali emas kejuaraan Panjat Tebing PON XX Papua pada nomor Speed World Record Perorangan Putra.
"Tadi saya dengar ada catatan waktu 5,1 (detik) dari Jabar, itu pencapaian luar biasa sebenarnya. Tapi saya hanya ingin fokus pada pertandingan," kata Veddriq.
Sementara Raharjati agak terlena dengan catatan waktu yang dibuatnya sebelum final. Hal itu dikatakan pria asal Sumedang, Jawa Barat itu kepada wartawan seusai pertandingan.
Baca juga: Atlet DKI siap rebut medali nomor speed world record perorangan putri
"Mungkin karena terlalu senang dengan pertandingan sebelumnya, sehingga saya terlena. Jadi ini akan saya jadikan evaluasi buat diri saya sendiri," kata Raharjati.
Kendati sudah mengalahkan rekor waktu yang dicatatkan oleh Veddriq, masih banyak tahapan yang harus dilalui Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) agar rekor tersebut bisa diakui oleh Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC).
Menurut Rudy Fitryano, pihaknya perlu mengurus semacam sertifikasi terkait sarana dan prasarana panjat tebing yang menjadi arena pertandingan tersebut.
"Harus mendapatkan license atau sertifikasi lah dari International Federation of Sport Climbing (IFSC), baik sarana, perangkat, maupun peralatan yang digunakan. Baru itu bisa terdata," kata Rudy.
"FPTI sendiri sangat mendukung itu bisa terlaksana, tapi di (arena panjat tebing PON) ini masih belum," kata Rudy pula.
Baca juga: Jadwal final panjat tebing PON XX di Mimika pada Jumat
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Fitri Supratiwi
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).