RRI

  • Beranda
  • Berita
  • Kompolnas Awasi Pengamanan Pemilu di Luar Negeri

Kompolnas Awasi Pengamanan Pemilu di Luar Negeri

24 Januari 2024 19:00 WIB
Kompolnas Awasi Pengamanan Pemilu di Luar Negeri
Pekerja menunjukkan surat suara pemilihan presiden dan wakil presiden di gudang logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (16/1/2024). (Foto: ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/nym)

KBRN, Jakarta: Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Albertus Wahyurudhanto mengatakan, pihaknya akan mengawasi pengamanan Pemilu 2024, khususnya di luar negeri. Menurutnya terdapat beberapa negara yang menjadi konsentrasi fokus pengawasan pengamanan pemilu, dikarenakan jumlah pemilih yang cukup banyak.

"Jadi kami pada posisi nya karena kami ada pengawas internal dan eksternal polri kami sudah ke beberapa negara mendatangi. Tapi khusus tahun ini kami konsentrasi di Jerman dan Belanda karena jumlah pemilih cukup banyak," katanya saat berbincang dengan Pro3 RRI, Rabu (24/1/2024).

Terkait hal itu, menurutnya Kompolnas telah menemui Duta Besar Indonesia di Jerman, Arif Havas Oegroseno. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai permasalahan panitia pemilihan luar negeri (PPLN) pada tahun sebelumnya.

Menurutnya, berbagai permasalahan tersebut harus segera diantisipasi karena memiliki konsekuensinya sangat besar. "Ketentuan di dalam PKPU pemilu yang dilakukan di luar negeri itu bisa dilakukan sebelum tanggal 14 Februari," ujarnya.

"Jadi mereka sudah melakukan pemilihan tanggal 10 (Februari), karena kalau di Jerman, Sabtu (pencoblosan). Sehingga kami sudah menuju tempat lokasinya tempat TPS-nya di kami di Berlin.".

"Nanti ada satu tempat langsung dibagi 3 TPS. Ini akan memudahkan 1 TPS itu untuk sekitar 500 orang sesuai dengan ketentuan.".

Albertus pun mencontohkan kendala pemili di Jerman berdasarkan pengalaman sebelumnya. Menurutnya, pemilu di luar negeri terbagi atas dua model.

Pertama surat suara akan dikirimkan kepada pemilih di luar negeri melalui pos, atau kedua mendatangi TPS secara langsung. "Rupanya banyak orang-orang Indonesia yang dia pos tetapi tidak dikirim via pos," katanya.

"Tetapi mereka datang di hari H dengan membawa amplop yang harusnya diposkan. Nah, di situlah biasanya terjadi kekisruhan, karena kemudian ada kegaduhan menganggap mereka dua kali milih.". (THA/ITN)


Pewarta: Tegar
Editor: Rini Hairani
Sumber: RRI