Pardianto, salah seorang pengrajin yang membuka kios semi permanen di depan pintu masuk GOR Mimika Sport Complex, Mimika, Papua, optimistis kerajinan kulit buaya yang dia tawarkan mampu menarik minat pengunjung.
"Karena ini kerajinan khas Mimika. Cukup jarang ditemukan kerajinan dari kulit buaya ini," kata Pardianto kepada Antara, dimuat Jumat.
Baca juga: "Kontingen" ini juga ingin rebut "emas" PON Papua
Pria paruh baya yang telah menggeluti profesi sebagai pengrajin sejak awal 2000-an itu menjual aneka rupa kerajinan berbahan kulit buaya, mulai dari dompet, ikat pinggang, tas jinjing, hingga koper.
Harga yang ditawarkan bervariasi, termurah dibanderol Rp400 ribu, adapun yang termahal mencapai Rp7 juta. Pardianto mengatakan dompet dan tas menjadi suvenir yang paling banyak diminati.
Pardianto biasanya menjual hasil kerajinan kulit buaya di galeri atau pameran. Sebelum pandemi COVID-19, dia mengaku kerap mengikuti pameran hingga ke Jakarta dan sejumlah kota di pulau Jawa.
Baca juga: Beragam suvenir kekinian PON Papua mulai dijual di pasar daring
Namun semenjak pandemi COVID-19, praktis dia hanya mengandalkan penjualan dari wisatawan yang menyambangi galerinya.
Pardianto pun sangat bersyukur dengan perhelatan PON XX yang membuat Kabupaten Mimika kembali "hidup". Dia berharap penjualannya bisa kembali terdongkrak, mengingat selama pandemi omsetnya menurun drastis hingga 75 persen.
"Adanya PON XX Papua ini saya jadi bisa memamerkan lagi kerajinan yang saya buat. Untuk target penjualan saya tidak menargetkan" ujar Pardianto.
Baca juga: 1.000 gerabah Kampung Abar disiapkan untuk cenderamata PON 2020 Papua
Baca juga: Papua siapkan pengrajin noken untuk cendera mata PON 2020
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Fitri Supratiwi
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).