TVRI

  • Beranda
  • Berita
  • Kunjungi Pasar Tradisional, Siti Atikoh Bahas Daruratnya Kedaulatan Kedelai Indonesia

Kunjungi Pasar Tradisional, Siti Atikoh Bahas Daruratnya Kedaulatan Kedelai Indonesia

26 Januari 2024 09:56 WIB
Kunjungi Pasar Tradisional, Siti Atikoh Bahas Daruratnya Kedaulatan Kedelai Indonesia
Kunjungi Pasar Tradisional, Siti Atikoh Bahas Daruratnya Kedaulatan Kedelai Indonesia

TVRINews, Probolinggo
Istri calon presiden Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti, blusukan ke pasar tradisional Pasar Baru, di Kota Probolinggo, Jawa Timur, untuk belanja dan mendengar aspirasi Wong cilik.

Para masyarakat yang melihat kedatangannya, langsung menyambutnya dengan semringah terutama para kaum ibu. Siti Atikoh mulai mendatangi satu persatu lapak, mulai dari jajanan pasar, ayam potong, sayur-sayuran sampai bumbu-bumbu dapur.

“Luar biasa banget ya, pasarnya ramai sekali, barang-barangnya juga segar karena Probolinggo ini juga salah satu penghasil bawang merah. Tapi bawang merahnya juga bagus-bagus dan harga bawang merah, bawang putih relatif stabil di sini meskipun masih agak tinggi,” kata Atikoh di Pasar Baru Kota Probolinggo, Jawa Timur, Jumat, 26 Januari 

“Tadi malah yang justru agak turun daging ayam. Daging ayam turun Rp 1.000. Makanya kemarin kan juga sempat peternak dan budi daya telur itu juga pada mengeluh terkait penurunan harga,” sambung Atikoh.

Karena itu harus ada langkah-langkah yang diambil untuk menstabilkan harga, agar tak memberatkan para konsumen maupun pedagang dan penyuplai.

Dan inilah akan menjadi fokus pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD jika terpilih nantinya, yaitu menstabilkan harga bahan pokok.

“Kalau menurut saya, rantai pasokan itu disederhanakan. Mungkin lebih mengefektifkan Bulog, koperasi, sehingga dari petani itu langsung ke koperasi, Bulog tidak terlalu banyak rentetannya. Kalau pun ada ke pedagang besar dulu terus nanti titiknya dua atau tiga sampai sampai sembilan seperti sekarang, sehingga ketika sampai di konsumen pasti harganya cukup tinggi,” ucap Atikoh.

Dalam blusukannya, ia sempat membeli tempe. Di mana menurutnya, makanan tradisional asli Indonesia ini merupakan super food dan salah satu pengganti protein, bahkan lebih baik selain susu.

“Tempe itu sebetulnya super food karena hasil olahan fermentasi dan proteinnya bagus, komposisi proteinnya itu termasuk yang paling lengkap dan itu bisa dicerna oleh siapapun,” ujar Siti Atikoh.

Tak lupa, ia pun mengungkapkan, bahwa produk fermentasi kedelai seperti tempe dan tahu ini memang satu penggerak ekonomi lokal Indonesia. Namun, masih ada kendala lantaran bahan bakunya masih impor.

“Iya kan UMKM tempe tahu di Indonesia kan banyak sekali, cuma permasalahan mereka itu dari sisi bahan baku, kedelainya masih banyak yang impor. Makanya harapannya saya sempat diskusi dengan teman-teman pengrajin tahu dan tempe harapannya ada sustainability ketersediaan kedelai,” tambah Atikoh.

Karena itu, dia pun berharap bisa terjadi kedaulatan kedelai ke depannya.

“Harapannya ke depan bisa tercipta kedaulatan kedelai. Tiap hari masyarakat di Indonesia kan makan tempe, dan ini sudah terbukti secara ilmiah, secara akademis benar-benar superfood, di mana proteinnya sangat tinggi, lengkap, asam aminonya lengkap,” ungkap Siti Atikoh.

“Sehingga jangan sampai karena ketersediaan bahan bakunya lemah nanti diklaim sama luar negeri jadi produk mereka,” tuturnya.

Pewarta: Nisa Alfiani
Editor: Redaktur TVRINews
Sumber: TVRI