Dua atlet putri Aceh tersebut yakni Irsalina yang turun di kelas -45 kilogram putri dan Dara Phonna di kelas -48 kilogram. Irsalina terlebih dahulu menyegel tiket final pesta olahraga empat tahunan tersebut usai mengalahkan atlet Banten Isnawati.
Sementara, Dara Phonna maju ke partai puncak setelah mengalahkan atlet Gorontalo yakni Silfana Nur Air Mahmud. Mahasiswa semester tiga Fakultas Hukum Universitas Gorontalo tersebut harus mengakui keunggulan lawannya dan terhenti di babak semifinal.
Dalam pertandingan yang digelar di Gedung Olahraga (GOR) Sekolah Tinggi Teologi Gereja Injili Di Indonesia (STT GIDI) tersebut, baik Irsalina maupun Dara dipaksa menyelesaikan pertandingan hingga tiga ronde penuh sebelum wasit memastikan kemenangan bagi mereka.
Baca juga: Jawa Barat singkirkan atlet tuan rumah untuk melaju ke final muaythai
Dara Phonna saat diwawancarai mengakui pertandingan melawan atlet Gorontalo tersebut sangat menguras energi dan fisiknya. Sebab, ia tidak menyangka teknik dan serangan-serangan yang dilakukan oleh Silfana cukup sulit dijegal.
Kemenangan tersebut, kata dia, tidak lepas dari kerja keras, sikap pantang menyerah dan tidak mengenal lelah hingga akhirnya berhasil menembus partai final.
"Karena kalau kita lelah, saat itu juga lawan kita latihan. Artinya, kita harus latihan lebih dari biasanya," ujar dia.
Atas kemenangan itu, Dara mendedikasikannya kepada masyarakat Aceh dan Papua. Menurut dia, kemenangan itu tidak lepas dari dukungan masyarakat, suporter hingga TNI AD yang mengizinkannya berlatih sebelum PON XX dimulai.
Baca juga: Riau tantang Jabar di final Muaythai kelas 43 kilogram tarung putri
Baca juga: Atlet muaythai Lampung melaju ke final PON Papua
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Teguh Handoko
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).