ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Indonesia optimistis WWF Ke-10 lahirkan konsensus politik atasi krisis

Indonesia optimistis WWF Ke-10 lahirkan konsensus politik atasi krisis

1 April 2024 15:41 WIB
Indonesia optimistis WWF Ke-10 lahirkan konsensus politik atasi krisis
Tangkapan layar - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan terkait target pada event World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung di Bali, 18-25 Mei 2024, dalam seminar daring Forum Merdeka Barat (FMB) 9 Kementerian Komunikasi dan Informastika, di Jakarta, Senin (1/4/2024). ANTARA/M Riezko Bima Elko P.

Pemerintah Indonesia melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika optimistis event Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) Ke-10, yang berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024 mampu melahirkan konsensus politik di antara kepala negara peserta untuk mengatasi tantangan krisis iklim bersama secara konkret.

Pernyataan itu diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam seminar daring bertajuk “Menuju World Water Forum Ke-10 , Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim” Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dipantau di Jakarta, Senin.

Menurut Dwikorita, berdasarkan hasil dari banyak analisa lembaga iklim dunia, kondisi iklim dan cuaca saat ini terus mengalami ketidakpastian salah satunya diakibatkan belum terkendalinya pembuangan gas rumah kaca CO2 di atmosfer.

Baca juga: RI bawa misi air sebagai sumber kesejahteraan dalam WWF 2024 Bali

Kondisi ketidakpastian tersebut mengakibatkan timbulnya cuaca ekstrem; baik kekeringan maupun hujan di atas kenormalan rata-rata yang dampaknya tidak hanya membuka peluang timbulnya degradasi sosial-kesehatan masyarakat tetapi juga mempengaruhi kondisi finansial atau ekonomi suatu negara.

“Itu salah satu substansi penting WWF di Bali nanti karena sebagian besar negara di dunia sudah merasakan dampak dari tantangan perubahan iklim ini yang artinya ketersediaan air harus dijaga demi kepentingan bersama,” kata dia.

Ia menyatakan, forum tersebut juga akan melahirkan konsensus politik dari para kepala negara atau lembaga otoritas yang mewakili 30-an negara peserta yang bersifat mengikat atau harus dilaksanakan demi mengatasi potensi krisis iklim tadi.

Dwikorita menilai konsensus yang mengikat itu adalah poin terpenting yang akan dihasilkan WWF Ke-10, karena artinya kepala negara-negara peserta sepakat untuk mengeksekusi segenap rencana aksi yang sudah disusun secara saintifik berbasis ekosistem dan peristiwa alam oleh negara masing-masing.

Baca juga: Indonesia buka Museum Air di Tabanan saat WWF 2024 Bali

Adapun rencana aksi nyata tersebut menyangkut mitigasi perubahan iklim dan menghapus kesenjangan antara tantangan dan kapasitas masing-masing negara dalam hal pengelolaan sumber daya air, iklim, pangan, energi, dan kesehatan.

“Kemampuan setiap negara tentu berbeda. Pengetahuan sains dan teknologi yang tertinggal yang menjadikan kesenjangan itu semakin kompleks dan rumit. Saat ini kita bisa mengakhirinya bersiap mengatasi krisis iklim secara bersama-sama,” ujarnya.

Sebagai informasi, World Water Forum Ke-10 memiliki tema “Water for Shared Prosperity” yang diterjemahkan ke dalam enam subtema yang dibahas, di antaranya water for human and nature, water security and prosperity, disaster risk reduction and management, governance cooperation and hydro diplomacy, sustainable water finance, dan knowledge and innovation.

Dalam forum tersebut, Indonesia nantinya membuka ruang diskusi antarpemangku kepentingan yang berasal dari sejumlah kawasan yakni Mediterania, Asia Pasifik, Amerika, dan Afrika bersama negara-negara anggota World Water Council mencari berbagai mekanisme dan pendekatan untuk menyelesaikan isu yang berkaitan dengan air.

Baca juga: Menkominfo bertemu World Water Council bahas kesiapan WWF ke-10

Ruang diskusi antarpemangku kepentingan mulai dari kepala negara, anggota parlemen, pejabat setingkat menteri, pemerintah daerah, hingga otoritas wilayah sungai akan secara spesifik membahas permasalahan air yang erat kaitannya dengan politik, regional/kawasan dan tematik.


Sumber: ANTARA