ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • BRIN: Konsep subak Bali merawat bumi bisa diterapkan di tempat lain

BRIN: Konsep subak Bali merawat bumi bisa diterapkan di tempat lain

29 Februari 2024 19:36 WIB
BRIN: Konsep subak Bali merawat bumi bisa diterapkan di tempat lain
Tangkapan layar - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wawan Sujarwo dalam talkshow bertajuk "Subak: Upaya Masyarakat Bali Merawat Bali" yang dipantau melalui kanal YouTube Centre for Prehistory and Austronesian Studies (Cipas) Indonesia di Jakarta, Kamis (29/2/2024). ANTARA/Tri Meilani Ameliya
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wawan Sujarwo menilai konsep subak Bali dalam merawat bumi bisa diterapkan di tempat lain.

"Apakah konsep subak Bali itu bisa diterapkan di tempat lain?, Saya pikir bisa. Jadi, masing-masing komunitas masyarakat yang ada di Indonesia itu punya pengetahuan lokalnya sendiri-sendiri, punya local genius-nya sendiri-sendiri yang sebenarnya hampir sama," kata Wawan dalam talkshow bertajuk "Subak: Upaya Masyarakat Bali Merawat Bali" yang dipantau melalui kanal YouTube Centre for Prehistory and Austronesian Studies (Cipas) Indonesia di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BRIN: Spesies air paling berisiko punah akibat perubahan iklim

Ia mengatakan, bahwa pada dasarnya hubungan di antara manusia dan alam tidak hanya dimiliki oleh masyarakat Bali, tetapi juga kelompok masyarakat lain.

Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan BRIN I Made Geria dalam kesempatan yang sama menyampaikan tujuan subak di samping irigasi pertanian adalah merawat bumi dan menghadirkan keberlanjutan. Ia mengatakan pula konsep subak Bali bisa ditransformasikan secara universal sehingga dapat diberlakukan oleh seluruh masyarakat.

"Saya kira itu bisa, bahkan saya menelisik kenyataannya budaya tentang pengelolaan air sudah ada di berbagai kelompok masyarakat, bukan hanya di Bali," ujar dia.

Ia mengatakan, budaya pengelolaan air bahkan diterapkan oleh masyarakat China, yakni Sistem Irigasi Xinghua Duotian.

Baca juga: Implementasi pertanian cerdas untuk hadapi perubahan iklim

Subak merupakan sistem irigasi Bali sebagai perwujudan tatanan hukum budaya dengan ciri-ciri meliputi kemandirian sosial, ketahanan pangan, dan kekuatan agama dengan tekad dan semangat gotong royong dalam memperoleh air untuk menghasilkan makanan, khususnya beras dan palawija.

Subak mencerminkan konsep filosofis Tri Hita Karana yang menyatukan alam roh, dunia manusia, dan alam/lingkungan.

Dengan sistem subak tersebut, Bali menjadi tempat yang tepat sebagai penyelenggara World Water Forum ke-10 tahun 2024 pada 18–24 Mei mendatang dengan tema "Air untuk Kesejahteraan Bersama (Water for Shared Prosperity)".

Baca juga: BRIN fokuskan ekspedisi penemuan taksa baru di Kalimantan


Sumber: ANTARA