ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Menjaga kualitas air, dari konvesional ke membran

Menjaga kualitas air, dari konvesional ke membran

15 Mei 2024 22:09 WIB
Menjaga kualitas air, dari konvesional ke membran
Ilustrasi : Direksi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya meninjau instalasi air di Jalan Ngangel. ANTARA/HO-PDAM Surabaya
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada, Kota Surabaya, terus berupaya memenuhi kebutuhan air bagi warga dan pelanggan lainnya dengan jaminan bebas dari kontaminasi bakteri.

Korporasi di bawah Pemerintah Kota Surabaya itu terus berupaya maksimal untuk memastikan distribusi air melalui pipa jaringan yang terhubung ke seluruh rumah warga, bangunan, hingga fasilitas umum, dengan kualitas yang terjamin baik.

Air baku yang diambil dari sumber, seperti kali atau sungai di Kota Surabaya itu, terlebih dahulu diproses agar terbebas dari kandungan organisme, yakni menggunakan teknologi pengolahan.

Upaya itu merupakan perwujudan dari pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang disebutkan bahwa standar baku mutu kesehatan lingkungan (SBMKL) dan persyaratan kesehatan media air ada tiga, yakni air minum, air untuk keperluan higienis dan sanitasi, serta air untuk kolam renang, spa, dan pemandian umum.

Kemudian, pada pasal 14 ayat 4 disebutkan peningkatan kualitas air pada ayat 1 dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pengolahan filtrasi, sedimentasi, aerasi, dekontaminasi, disinfeksi, dan atau teknologi lain yang dapat mewujudkan kualitas air memenuhi SBMKL.


Proses panjang

Proses peningkatan kualitas air layak pakai di perusahaan air daerah milik Pemerintah Kota Surabaya selama ini masih menggunakan metode konvensional untuk pembersihan dan penjernihan, sehingga prosesnya memakan waktu yang cukup panjang.

Setiap air baku yang diambil dari sumber terlebih dahulu masuk ke dalam penampungan intake building. Di fasilitas itu selanjutnya dilakukan proses penyaringan bahan baku air untuk menghilangkan kotoran dan mikro organisme yang terbawa.

Setelah dipastikan bersih, air kemudian dipompa masuk ke dalam instalasi pengolahan air bersih dengan koagulasi. Di tempat itu ada mekanisme untuk kembali membersihkan air dari kotoran yang ada, melalui proses fisika maupun kimiawi.

Dua proses fisika dan kimiawi di awal dilanjutkan, pelaksanaan dengan pembersihan air melalui flokulasi dan kembali dilakukan penyaringan di fasilitas filtrasi.

Air yang sudah sepenuhnya terpisah dengan kotoran maupun mikro organisme itu dikuatkan lagi dengan memasukkan bahan disinfeksi untuk mengantisipasi adanya kontaminasi kandungan bakteri di dalam air.

Seluruh tahapan penyaringan itu pun akhirnya selesai. Sebelum air tersebut didistribusikan ke rumah pelanggan, gedung, hingga ke fasilitas umum, terlebih dahulu dialirkan ke dalam reservoir atau tempat penyimpanan.

Ke depannya agar kualitas air tetap terjaga dengan baik, perusahaan tersebut mulai memikirkan untuk mengembangkan sistem yang lebih advance, yakni memanfaatkan sistem membran, sehingga proses penyaringan bisa berjalan dengan lebih efisien.

Pengembangan sistem penyaringan yang lebih efisien itu kemungkinan besar akan ditempatkan pada lahan yang ada di dua fasilitas pengolahan air, yakni di kawasan Ngangel dan di Karang Pilang.

Sistem membran itu diyakini mampu memangkas pengolahan air baku menjadi air yang layak digunakan, karena tidak lagi menggunakan metode kimia dalam proses pemisahan kotoran.


Uji coba

Perusahaan daerah itu, saat ini sedang mengujicobkan penggunaan sistem membran di fasilitas pengolahan air di kawasan Ngagel, Surabaya.

Tipe membran yang digunakan adalah jenis keramik atau membran kering. Tipe itu adalah kategori alat yang lebih modern dibandingkan dengan model lama yang berbentuk lembaran.

"Membran ini modelnya berkembang. Kalau dulu berupa kain dan sekarang ada yang memakai jenis keramik, yang kami uji coba baru dalam bulan ini," kata Direktur Operasional PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Nanang Widyatmoko.

Fungsi membran ini untuk menyaring kotoran yang terkandung di dalam air baku. Membran berbahan keramik juga punya keunggulan dibandingkan dengan model lembaran, yakni lebih mudah untuk dibersihkan.

Karena itu, dengan sistem membran akan mampu meningkatkan efektivitas penyaringan, kualitas produk air yang diterima oleh pelanggan dipastikan bisa semakin baik.

Kemudian, membran keramik itu juga bisa dikombinasikan jika nantinya PDAM tetap menggunakan metode konvensional, yakni cukup mengganti alat penyaringan atau filternya saja.

Dengan demikian, maka efisiensi produksi air bisa lebih optimal, karena memasukkan unsur mekanikal elektrikal pada membran keramik sebagai sistem yang advance dan dari sisi sistem konvensional lebih pada sisi ketersediaan bangunan atau fasilitas pengolahannya.


Pipa air

Terkait penyedian air bersih bagi warga, pipa saluran air menjadi sarana penting agar setiap masyarakat bisa merasakan air bersih yang dialirkan dari perusahaan daerah atau PDAM.

Sebab, jika ada kerusakan atau bocor karena korosi pada satu bagian pipa, maka air dari luar pipa yang bercampur dengan tanah bisa ikut teralirkan ke pelanggan.

Makanya untuk mencegah kondisi tersebut langkah rehabilitasi saluran dilakukan secara tepat dan cepat, sehingga air yang dialirkan ke rumah warga dan lainnya tetap dalam kondisi layak.

Selama kurun waktu 10 tahun, sudah sekitar 300 kilometer pipa jaringan air direhebalitasi oleh perusahaan milik pemerintah kota tersebut. Kemudian, saat ini dilanjutkan lagi pada 160 kilometer lainnya di sejumlah titik.

Rehabilitasi pipa itu diperkuat sebagai upaya pembersihan melaui metode pembilasan, sehingga kondisinya tetap bersih dan air yang dialirkan terjaga kualitasnya untuk digunakan oleh warga.


Sumber: ANTARA