KBRN, Bengkalis: Pemberdayaan kelompok tani di kawasan lahan gambut dengan budidaya keladi dan jahe merah, diharapkan mampu menekan kebakaran lahan serta wujudkan ketahanan pangan.
2 kelompok tani yang dibantu World Wide Fund (WWF) Riau untuk pembudidayaan tersebut, masing masing kelompok tani dari Desa Suka jadi Bukit Batu dan Desa Temiang Bandar Laksamana.
Izhar Safrawi, Kepala Desa Sukajadi menjelaskan kepada RRI, Senin (7/12/2020), dengan program budidaya tanaman keladi dan jahe merah, dapat meminimalisir kebakaran lahan gambut.
“Program ketahanan pangan di desa menghidupkan kegiatan masyarakat juga mejadi antusias untuk bertani dengan tidak membakar, kami juga dengan adanya support dari WWF, timbul kesadaran masyarakat untuk saling menjaga lahan-lahan yang berada dalam lingkungan gambut itu terjaga dari pada kebakaran karena kebakaran akan mengakibatkan kerugian terhadap seluruh sektor”ungkap Izhar.
Menurut Samsul Komar, WWF Riau Spesialis Fire Monitoring & Restoration Sumatera Peatland, program restorasi, refegetasi dan revitalisasi lahan gambut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, di dahului dengan pelatihan dan penyaluran bantuan bibit.
“Melakukan restorasi kemudian refegetasi dan revitalisasi, saat ini kami tengah berupaya melakukan untuk peningkatan ekonomi masyarakat pada desa intervensi yaitu desa Sukajadi dan desa Temiang dengan pelatihan budidaya jahe merah dan talas atau keladi dengan konsep Climate smart agriculture atau pengelolaan lahan gambut tanpa bakar di lahan gambut. Adapun yang melatar belakangi kegiatan ini adalah dalam upaya mengurangi dan pencegahan kebakaran lahan, WWF mengajak petani memanfaatkan lahan-lahan yang bekas terbakar atau yang terdegradasi atau yang terbuka dan terlantar menjadi lahan produktif”jelas Samsul Komar.
Sementara itu, menurut Camat Bandar Laksamana Acil Esyiono, Pengembangan kelompok tani untuk membudidayakan tanaman keladi dan jahe merah yang di inisiasi oleh WWF, salah satu upaya menjaga ketahanan pangan.
“Melaksanakan beberapa kegiatan dan alhamdulillah hari ini juga pelaksanaan kegiatan di desa tentang budidaya jahe dan keladi merupakan isu yang sangat seksi untuk dibahas karena bahan pokok ketahanan pangan ini akan menjadi permasalahan nanti 10 atau 20 tahun yang akan datang, jadi ketika kita sudah menkonsepkan saat ini, inshaallah di desa Temiang akan punya ketahanan pangan khususnya dibidang jahe merah dan keladi”terang Acil.
Hasil budidaya tanaman keladi dan jahe merah ini, diharapkan Acil Esyiono mampu mensuplay kebutuhan ditingkat lokal dan nasional, serta tumbuhnya kesadaran masyarakat yang memanfaatkan dan menjaga lahan gambut dari kebakaran.
Pewarta: Sri Mawarti
Editor: Sri Mawarti
Sumber: RRI