“Beberapa orang asing berpikir kami (Indonesia) tidak peduli tentang lingkungan,” ujar Luhut ketika memberi sambutan dalam upacara Segara Kerthi yang digelar di Bali, Sabtu.
Luhut mengatakan bahwa pelaksanaan upacara Segara Kerthi sebagai bagian dari World Water Forum Ke-10 merupakan aksi nyata dari komitmen Indonesia dalam melindungi alam, khususnya air.
Melalui pelaksanaan upacara tersebut, kata Luhut, dunia dapat melihat betapa budaya Indonesia, khususnya Bali, memerhatikan lingkungan, peduli dengan perubahan iklim, serta sangat menghargai alam dan makhluk hidup yang hidup berdampingan dengan masyarakat Bali.
“Jadi, kami memperlihatkan kepada masyarakat luar, tidak hanya berbicara, tetapi juga melalui ritual yang kalian saksikan saat ini,” kata dia di hadapan para undangan World Water Forum yang berasal dari mancanegara.
Oleh karena tujuan dari upacara yang dilaksanakan, tutur Luhut melanjutkan, masyarakat selalu berupaya untuk merawat alam guna menjaga kondisi serta kualitas air.
“Penting bagi masyarakat Bali untuk turut menjaga sumber mata air,” ujar Luhut.
Upacara Segara Kerthi bertujuan untuk memohon anugerah agar laut sebagai salah satu sumber air itu bersih secara sekala dan niskala (terlihat dan tak terlihat)
Ritual itu dimulai sekitar pukul 15:00 WITA yang dipimpin oleh empat orang Sulinggih (pendeta/pemuka agama Hindu).
Selain memuliakan air, upacara keagamaan itu juga dirangkaikan dengan ritual Tumpek Uye atau upacara memuliakan satwa yang jatuh pada Sabtu ini sesuai kalender Bali.
Untuk itu, para delegasi rencananya juga diajak melepas 1.000 ekor tukik, 1.000 ekor burung, dan 5 ekor penyu.
Selain itu, dalam rangkaian upacara tersebut juga digelar doa bersama dan penampilan enam tari sakral Bali yakni Tari Topeng Panasar, Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Dedari, Baris Cerkuak, Rejang Putri Maya, dan Tari Topeng Sidikarya.
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).