TVRINews, Jakarta
Upaya untuk memperoleh air bersih dengan memanfaatkan tempat-tempat bekas galian tambang memerlukan perhatian khusus. Air yang berasal dari bekas tambang mungkin terlihat bersih secara visual, tetapi bisa saja mengandung logam berat yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia.
“Memang kalau dari mata langsung, itu mungkin terlihat bersih, tetapi kan kita tidak tahu kandungan logam berat yang ada di dalam air itu, yang kalau itu kemudian langsung dikonsumsi oleh masyarakat, khawatirnya nanti kedepan akan terjadi masalah pada tubuh masyarakat kita,” kata Pakar Lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram, Harry Irawan Johari dalam perbincangannya di tayangan Jendela Negeri TVRI, Kamis, 16 Mei 2024.
“Dan itu bisa menjadi bencana juga nanti ke depan, ketika yang dikonsumsi adalah bukan air bersih, tetapi air yang nampak bersih, namun sebenarnya di dalamnya itu ada kandungan mineral, logam berat yang ada di dalamnya,” lanjutnya.
Baca Juga: World Water Forum Ke-10 Diharapkan Fokus Terhadap Kelestarian Air
Harry menuturkan kondisi tersebut menggambarkan tantangan besar yang dihadapi banyak daerah di Indonesia, terutama di tempat-tempat yang jauh dari akses pemerintah. Masyarakat di daerah terpencil sering kali harus mengandalkan air yang tersedia meskipun kualitasnya tidak terjamin, karena biaya dan akses untuk melakukan uji laboratorium sangat mahal dan sulit dijangkau.
“Masyarakat mau nggak mau harus mengkonsumsi air yang tersedia. Karena kalau mereka mencari kualitas seperti kita yang tinggal di mana kan sangat susah. Biaya, kemudian nge-check laboratorium dan sebagainya itu kan sangat besar,” ucapnya.
Untuk itu, peran pemerintah sangat penting dalam situasi ini. Pemerintah perlu hadir untuk memastikan bahwa masyarakat di daerah terpencil mendapatkan air yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Bukan hanya air yang tersedia, tetapi air yang telah dipastikan aman secara kesehatan.
“Nah disitulah peran pemerintah harusnya hadir. Pemerintah harusnya hadir di tempat itu. Bagaimana bisa masyarakat mendapatkan air yang layak untuk dikonsumsi, bukan air yang tersedia. Tetapi memang secara kesehatan, secara medis itu aman untuk tubuh mereka,” ujarnya.
Baca Juga: Kemlu: Literasi Keagamaan Dibutuhkan di Tengah Meningkatnya Intoleransi
Lebih lanjut, Harry mengungkapkan bahwa masalah ini sangat nyata di beberapa daerah seperti di desa-desa di Pulau Lombok, dimana mendapatkan air bersih bahkan untuk kebutuhan dasar seperti minum sangat sulit.
“Ini masalah juga yang kita hadapi. Di beberapa tempat ada yang jangan kan untuk mandi, untuk minum saja airnya susah. Di beberapa tempat di wilayah selatan, misalnya di desa Pulau Lombok, itu juga terjadi,” tuturnya.
Sumber: TVRI