KBRN, Jakarta: Upacara ritual Segara Kerthi menghiasi kegiatan internasional World Water Forum (WWF) ke-10 2024 Bali. Namun, bagaimana ritual Segara Kerthi di Pulau Dewata, Bali dilakukan? Begini penjelasannya ini.
Mengutip beberapa sumber terpercaya, Segara Kerthi merupakan upacara ritual yang berhubungan dengan air. Hal ini juga dimaknai sebagai laut atau samudera yang harus selalu dijaga.
Upacara Segara Kerthi dilakukan untuk memberikan penghormatan terhadap alam khususnya samudera. Yakni, ritual itu dilakukan mulai dari pantai hingga lautan.
Segara Kerthi itu mengartikan, air menjadi tokoh utama sumber kehidupan yang harus dijaga dan dihormati. Upacara Segara Kerthi juga dilakukan di Pura atau bangunan suci yang disakralkan umat Hindu Bali.
Upacara ini juga dilakukan untuk memohon anugerah agar laut senantiasa bersih niskala dan sekala. Penghormatan terhadap air ini juga ditandai dengan tidak melakukan kontaminasi maupun perusakan lingkungan serta menjaga nilai-nilai kesucian air.
Upacara dimulai dengan doa dan mantra yang dipimpin seorang sulinggih, dengan sarana banten sebagai persembahan kepada Dewa Baruna. Pantai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali menjadi saksi kehadiran ribuan delegasi dari berbagai dunia.
Delegasi tampak mengenakan Karmen dan ikat kepala Udeng saat mengikuti upacara Segara Kerthi. Di mana merupakan serangkaian dengan World Water Forum (WWF) ke-10 Bali.
Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Irjen (Purn) Sang Made Mahendra Jaya mengatakan, tujuan utama dari upacara ini adalah untuk merawat dan menyucikan laut. Yakni sebagai sumber air dan habitat berbagai makhluk hidup.
"Terima kasih dan selamat datang di Bali. Bali selain memiliki alam yang indah, tapi juga punya kearifan lokal yang adiluhung," ucapnya saat hadir dalam Balinese Water Purification Ceremony WWF 2024 di Bali, Sabtu (18/5/2024).
"Di mana keseharian masyarakat Bali menyatu dengan tradisi. Adat dan budaya," ujarnya
Made mengatakan, pelaksanaan upacara ini juga bertepatan dengan hari besar keagamaan Hindu 'Rahina Tumpek Uye'. Yakni hari suci dalam tradisi Bali yang dipersembahkan untuk memuliakan satwa.
Pewarta: Dedi Hidayat
Editor: Rini Hairani
Sumber: RRI