"Untuk mengembangkan sustainable dan quality tourism, ada syarat yang harus dipenuhi, investasinya mungkin selama ini lebih banyak ke fisik," kata Hilman Farid dalam konferensi pers World Water Forum Ke-10 di Bali, Selasa.
Misalnya, pariwisata di Bali hingga kini masih mematok tolok ukur keberhasilan pariwisata dengan mendatangkan orang dalam jumlah yang banyak, sehingga investasi fisik menjadi prioritas.
Hilman mengatakan kondisi itu berpotensi menggerus kearifan lokal dari masyarakat setempat akibat faktor perkembangan industri serta tekanan penduduk yang semakin banyak.
Baca juga: Menpar yakini kehadiran Elon Musk di Bali dongkrak pariwisata RI
"Tadi dalam forum dibilang semakin sedikit anak di Bali yang mau jadi petani dan salah satunya karena prospek yang lemah. Kalau tidak diselamatkan cepat-cepat, ini akan tergerus habis," katanya.
Untuk itu, pihaknya mendorong sektor investasi kawasan wisata ke arah ilmu pengetahuan, riset, dan preservasi pada pengetahuan lokal bagi masyarakat setempat.
"Kalau misalnya sekarang investment di Bali ini untuk mendukung sektor kepariwisataan, justru diarahkan pada SDM pengetahuan dan seterusnya. Ini adalah jalan yang sangat penting untuk memastikan keberlanjutan pariwisata di masa mendatang bisa berjalan," katanya.
Menutup pernyataannya, Hilman menyebut upaya melestarikan pariwisata harus ditentukan dengan tipe investasi yang diperlukan menurut karakteristik daerah.
"Menurut hemat saya investasi ke pengetahuan, research, sains untuk mendukung terjadinya keberlanjutan pariwisata sangat krusial buat kita," katanya.
Baca juga: Akademisi: WWF 2024 penting untuk jaga keberlangsungan sumber daya air
Baca juga: Presiden Jokowi ajak delegasi World Water Forum tinjau pembibitan bakau di Bali
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).