Generasi muda menunjukkan komitmen untuk mendukung akses informasi dan data yang akurat bagi kepentingan analisis dan menyusun rekomendasi perencanaan serta pengelolaan sumber daya air.
"Tujuannya agar kami bisa memberikan rekomendasi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya air kepada seluruh pemangku kepentingan, khususnya instansi pemerintah dan lembaga internasional, sehingga suara kami dapat didengar dan kami dapat bekerja sama," kata Neil Andhika, perwakilan Indonesia dalam Youth World Water Forum, pada Rabu.
Dia mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam diskusi “The Bandung Spirit Water Summit” yang merupakan bagian dari rangkaian acara World Water Forum ke-10 di Bali.
“Mungkin mereka (para mahasiswa) bisa memberikan lebih banyak inovasi yang lebih inovatif dan solusi kreatif untuk semua masalah air dan isu terkait lainnya,” kata pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Neil, yang mewakili sekitar 27 kelompok kerja dari 45 negara di Youth World Water Forum, menekankan pentingnya menanamkan perspektif pengelolaan sumber daya air yang bijak sejak kecil agar dampak permasalahan air bisa disadari sejak dini.
Sementara itu, perwakilan dari U-INSPIRE, Hilman Arioaji, menyampaikan bahwa generasi muda Indonesia sangat ingin berkontribusi dalam inovasi di bidang pengelolaan air dan pengurangan risiko bencana.
Namun, kata dia, mereka menghadapi hambatan besar dalam mengakses data berkualitas yang membatasi kemampuan untuk berinovasi dan menerapkan solusi berbasis lokal.
Menurut Hilman, kontribusi generasi muda sangat penting terutama dalam mengatasi masalah air, pencegahan bencana, dan perubahan iklim. Hal itu dapat diwujudkan dengan menjamin akses informasi bagi semua orang di semua tingkatan, termasuk anak muda, melalui sistem informasi air global.
Selain Neil dan Hilman, tokoh muda lain yang menjadi pembicara dalam forum diskusi tersebut adalah Moina Al Hajji dari Aleppo, Suriah. Dia menyuarakan bagaimana negaranya yang hancur akibat perang bisa membangun kembali semua infrastruktur, termasuk infrastruktur air.
Pembicara lainnya, Lamis Qdemat dari Palestina, menyerukan agar air tidak digunakan sebagai senjata, seperti yang terjadi di Palestina. Dia menegaskan bahwa air seharusnya dijadikan sarana untuk meningkatkan kerja sama, kolaborasi, dan solidaritas.
Baca juga: Menilik peluang pembentukan Global Water Fund di masa depan
Baca juga: ADB desak tindakan kolektif untuk pendanaan proyek air
Sumber: ANTARA