RRI

  • Beranda
  • Berita
  • WWF Ke-10 Inisiasi Pusat Keunggulan Ketahanan Air

WWF Ke-10 Inisiasi Pusat Keunggulan Ketahanan Air

23 Mei 2024 11:39 WIB
WWF Ke-10 Inisiasi Pusat Keunggulan Ketahanan Air
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati (kanan) bersama Wakil Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang Takashi Koyari (kiri) menyampaikan sambutan pada High Level Panel ke-15 World Water Forum ke-10 2024 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (21/5/2024). Sesi tersebut mengangkat tema “Global South Cooperation Bandung Spirit Water Summit.” (Foto: Dok WWF)

KBRN, Denpasar: World Water Forum Ke-10 menggagas pembentukan Pusat Keunggulan Ketahanan Air dan Iklim atau Center of Excellence (CoE) on Water and Climate Resilience di kawasan Asia Pasifik. Pusat Unggulan ini dinilai akan menjadi platform kolaborasi bagi negara-negara di dunia.

“Kolaborasi dan kemitraan adalah hal yang terpenting dalam CoE. Hal ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, sektor swasta, dan akademisi,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, di Nusa Dua Bali, Rabu (22/5/2024).

Kemitraan dikatakannya sangat penting untuk memanfaatkan beragam sumber daya, keahlian, dan teknologi. Lebih lanjut, Dwikorita menuturkan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia berada di garda depan dalam menghadapi tantangan lingkungan dan iklim ini. 

Ia berujar bahwa banyak tantangan yang dihadapi Indonesia dalam 30 tahun terakhir mengatasi krisis air. Namun Indonesia, terus memiliki inovasi pengembangan teknologi dan melakukan pengembangan penelitian.

Dwikorita juga menuturkan setiap negara sebenarnya sudah memiliki CoE masing-masing. Misalnya Indonesia dengan CoE Weather and Climate yang fokus untuk melatih kepakaran dalam bidang sumber daya manusia dan mendapatkan dukungan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

"Lebih dari 13 tahun juga sudah ada Sabo Center, di mana teknologi Sabo diperkenalkan kepada pakar-pakar muda di bidang terkait di Asia Pasifik dan Afrika," kata dia. Sebagai informasi, sabo berasal dari dua kata dalam bahasa Jepang yaitu “sa” yang berarti pasir dan “bo” yang berarti pengendalian.

Pewarta: Allan
Editor: Bunaiya
Sumber: RRI