ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Indonesia perkenalkan desalinasi pada peserta World Water Forum 2024

Indonesia perkenalkan desalinasi pada peserta World Water Forum 2024

23 Mei 2024 15:03 WIB
Indonesia perkenalkan desalinasi pada peserta World Water Forum 2024
Peserta Youth World Water Forum (WWF) Ke-10 dan peserta umum saat menyusuri kawasan konservasi mangrove di Tanjung Benoa, Badung, Bali, Kamis (23/5/2024). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari.
Indonesia melalui Universitas Gajah Mada (UGM), Artha Graha Peduli (AGP), dan Forum Peduli Mangrove Bali (FPMB) memperkenalkan desalinasi dan konservasi mangrove kepada peserta Youth World Water Forum (WWF) Ke-10 tahun 2024 serta peserta umum di Bali.

Akademisi UGM Intan Supraba di Mangrove Rehabilitation Area, Tanjung Benoa, Kabupaten Badung mengatakan pengetahuan mengenai desalinasi berkaitan dengan isu World Water Forum, khususnya pemanfaatan air laut sekitar mangrove yang dapat menjadi sumber air bersih.

“Kami ingin promosikan desalinasi untuk bisa memanfaatkan air laut menjadi sumber air bersih, ada yang sudah mengimplementasikan di Indonesia, tapi untuk air sungai yang keruh,” kata dia Kamis.

Dengan terus menggaungkan desalinasi, ia berharap nantinya tercipta proyek percontohan dengan panel surya sebagai perangkat teknologi yang digunakan, sehingga proses desalinasi menggunakan energi bersih.

Ketua Forum Peduli Mangrove Bali (FPMB) sekaligus bagian dari Artha Graha Peduli (AGP) Nyoman Sweet Juniartini menambahkan selain workshop mengenai proses desalinasi, mereka juga mengajak peserta mengelilingi area mangrove.

Sebanyak 100 peserta dari luar negeri dan dalam negeri diperkenalkan soal mangrove yang ditanam di lahan seluas 400 hektare.

“Kami kenalkan sistem konservasi, bagaimana memperluas penanaman dengan wilayah yang sangat kritis karena penanaman konvensional sudah tidak mungkin lagi, jadi kami lakukan rekayasa lingkungan hidrologi,” ujarnya.

Sejak 2013 Artha Graha Peduli (AGP) sudah mengelola kawasan mangrove seluas 400 hektare atau dari kawasan Tanjung Benoa hingga Suwung Denpasar.

Kehadiran peserta di sela-sela perhelatan World Water Forum itu diharapkan dapat menyebarluaskan pentingnya konservasi mangrove, sebab mangrove tidak hanya berguna untuk menghalangi ombak.

Sweet menyebut satu hektare mangrove dapat menyerap 1.000 ton karbon, artinya 400 hektare dapat menyerap 400.000 ton karbon.

“Artinya selain menjaga dari ombak, menyerap emisi karbon, juga mengubah kualitas air karena di World Water Forum kan bicara tentang kualitas air, mangrove juga punya fungsi itu karena punya nutrien nitrogen dan fosfat,” kata dia.

Sebelum menyusuri area konservasi mangrove, peserta terlebih dahulu mengikuti workshop bertema Water-Energy Nexus, Achievings SDGs dengan beberapa topik seperti gagasan Water Nexus, manajemen kualitas air, konsep mengimplementasikan sumber air bersih seperti desalinasi, serta konservasi mangrove sendiri.

Baca juga: WWC: Solusi air harus dilihat bersamaan dengan solusi pangan
Baca juga: Panitia sediakan kunjungan wisata untuk delegasi World Water Forum
Baca juga: RI dan Suriname kolaborasi lindungi pesisir dan rehabilitasi mangrove
Baca juga: PUPR: Pembentukan badan air jadi domain pemerintahan selanjutnya

 


Sumber: ANTARA