TVRINews, Nusa Dua
Peran ilmu pengetahuan (science) menjadi bagian penting dalam mitigasi bencana karena mampu membantu meminimalkan berbagai bentuk kerugian, baik material maupun nonmaterial.
Untuk itu diperlukan kebijakan dan aturan berbasis science yang tepat guna agar mitigasi bencana lebih bermanfaat, efisien dan efektif untuk masyarakat. Oleh karena itu negara-negara di dunia diharapkan dapat mendukung pengaplikasian science dalam memitigasi bencana, tidak hanya sekadar wacana.
Indonesia termasuk negara yang paling rentan terguncang bencana, mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga erupsi gunung merapi. Berkaca pada sejumlah bencana yang pernah terjadi seperti Tsunami Aceh pada 2003 dan Gempa Palu pada tahun 2018 silam, Indonesia menyadari peran penting science dalam memitigasi bencana.
“Kami kemudian melakukan review terhadap standar nasional dan membuat guidelines yang lebih jelas. Sangat penting menggunakan disaster risk maps untuk mitigasi dan adaptasi. Selain itu perlu parameter yang lebih advanced serta melakukan analisis dengan metode terkini yang sesuai dengan perkembangan terkini teknologi dan science,” kata Tim Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan Kementerian PUPR, Mahdi Ibrahim Tanjung, dikutip Jumat, 24 Mei 2024.
Tanjung menjelaskan Indonesia tidak hanya harus bekerja keras dalam menangani bencana, namun juga harus melakukan mitigasi. Guna meminimalkan kerugian yang terjadi akibat bencana, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan.
Pertama, masyarakat harus paham dan sadar akan tanda bahaya sehingga bisa melakukan pencegahan. Kedua, perlu adanya kemampuan untuk beradaptasi terhadap berbagai bentuk perubahan yang terjadi.
“Kita harus mulai mengubah cara pandang terhadap bencana, dari reaktif menjadi antisipatif. Pemerintah pusat maupun daerah perlu menambah jumlah anggaran yang diinvestasikan untuk penanganan dan mitigasi bencana,” ucapnya.
“Investasi tidak hanya dalam bentuk infrastruktur fisik, tapi juga pemberdayaan masyarakat, peringatan dini, pengembangan kapasitas, serta membuka kemungkinan bagi multistakeholder untuk kolaborasi global,” lanjutnya.
Sumber: TVRI