ANTARA

Stevani sang emas perdana Papua Pegunungan

4 September 2024 22:58 WIB
Stevani sang emas perdana Papua Pegunungan
Pedayung putri Papua Pegunungan Stevani Maysche Ibo berpose dengan medalinya usai upacara penganugerahan medali dayung kayak putri perorangan 1.000 meter PON Aceh-Sumut 2024 di Waduk Keuliling Indrapuri, Aceh Besar, Aceh, Rabu (4/9/2024). (ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS)
Banda Aceh (ANTARA) - Menapaki tangga dermaga, pedayung Papua Pegunungan Stevani Maysche Ibo tampak begitu percaya diri menghadapi arus Waduk Keuliling, Aceh Besar, Rabu.

Cuaca di Waduk Keuliling tampak lebih bersahabat dibandingkan dengan pertandingan canoeing nomor kayak dan kano 1000 m yang melangsungkan babak kualifikasi hingga babak semifinal pada Selasa.

Kondisi angin kencang selama babak kualifikasi hingga babak semifinal cukup menyulitkan para peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 untuk menaklukkan ombak dalam lintasan sepanjang 1000 meter.

Pada pukul 09:20 WIB, Stevani, sapaan akrabnya, menurunkan sampan merah dengan nama khusus yang terukir di sampan dan juga dalam hatinya, Mikhaila Shaqueen, yang merupakan nama buah hatinya.
Pedayung putri Papua Pegunungan Stevani Maysche Ibo meluapkan kegembiraan usai memenangkan final dayung nomor kayak putri perorangan 1.000 meter PON Aceh-Sumut 2024 di Waduk Keuliling Indrapuri, Aceh Besar, Aceh, Rabu (4/9/2024). Stevani Maysche Ibo berhasil meraih medali emas dengan catatan waktu 3 menit 48 detik, medali perak diraih pedayung Sulawesi Barat Ramla B dengan catatan waktu 3 menit 51 detik dan medali perunggu diraih pedayung DKI Jakarta Cinta Priendtisca Nayomi dengan catatan waktu 3 menit 53 detik. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa. (ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS)

Stevani bukanlah orang "baru" dalam ajang canoeing Pekan Olahraga Nasional. Stevani merupakan pedayung dengan catatan peraih dua medali emas dan satu perak di gelaran PON Jawa Barat 2016 lalu.

Saat tampil di hadapan pendukungnya sendiri pada gelaran PON Papua 2020, Stevani menyumbangkan dua medali emas untuk kampung halamannya, Papua.

Baca juga: Stevani berharap ada pedayung Papua Pegunungan ikuti jejaknya

Selanjutnya: Perjalanan panjang
Perjalanan panjang

Stevani berasal dari Kampung Asei Asei Pulau, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Dengan letak rumah yang tak jauh dengan danau Sentani, yang juga menjadi tempat pelatihan para atlet dayung Papua, membuat Stevani hidup tak begitu jauh dengan dunia dayung.

Terlebih ketika sang paman Rudolf Ohee, yang merupakan mantan atlet dayung Papua, menemukan bakat terpendam dari Stevani. Rudolf Ohee yang menjabat sebagai pelatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Papua memberikan menu latihan untuk Stevani agar mampu menempa diri menjadi atlet dayung.

Karir dari Stevani berjalan setingkat demi setingkat naik hingga puncaknya masuk ke dalam pelatihan nasional (pelatnas) Indonesia untuk ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.

Kesempatan itu tentu dibayar dengan tuntas oleh Stevani usai mempersembahkan medali perak untuk Merah Putih melalui nomor perahu naga 200 meter.

Pengalaman matang yang diraihnya di ajang internasional dan juga perolehan medali selama di dua kejuaraan PON tak serta merta memudahkan langkah Stevani untuk bersaing di PON Aceh-Sumut 2024.

Usai membela provinsi Papua selama dua edisi PON, Stevani mengungkapkan tak memperoleh panggilan Kembali dan akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran panggilan dari provinsi baru yang merupakan daerah otonomi baru (dob) Papua Pegunungan.
Deretan medali milik Stevani Maysche Ibo yang diraihnya di berbagai ajang, termasuk Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang dan SEA Games 2019 di Filipina. (ANTARA/Muhammad Ramdan)

"Kalau saya memang di Papua tidak dipanggil jadi Papua Pegunungan memang karena tahun kemarin baru pemekaran jadi mereka ambil saya, rekrut saya karena memang di Papua itu tidak dipakai jadi Papua Pegunungan panggil saya untuk mewakili Papua Pegunungan," kata Stevani kepada pewarta.

Stevani mengatakan juga telah vakum selama dua tahun dari profesinya sebagai pedayung karena fokus untuk mengurus keluarga dan sang buah hati, Mikhaila Shaqueen yang kini baru genap berumur satu tahun.

PON Aceh-Sumut 2024 menjadi panggung perdanannya untuk menjadi penanda kembalinya Stevani ke dalam karir dayung yang sempat mengukir tinta emas dalam beberapa tahun lalu.

Menjelang PON yang pertama kali digelar di dua provinsi ini, Stevani mengatakan bahwa baru memulai latihan pada bulan April. Latihan pribadi yang berlangsung di Danau Sentani tersebut tak berjalan konsisten hingga akhirnya Stevani memutuskan untuk bergabung ke tim Jawa Barat untuk mencari lawan tanding dan menerapkan pola latihan yang sama.

"Dari bulan April latihan cuman kalau April itu saya tidak konsisten karena anak masih belum satu tahun. Saya mulai konsisten latihan itu di bulan Mei, tanggal 28 saya bergabung ke tim Jawa Barat. Tapi saya mulai latihan, iya saya mulai latihan intensif tanggal 4 Juni," ujar Stevani.

Baca juga: Stevani sumbang emas perdana Papua Pegunungan

Selanjutnya: Emas perdana
Emas perdana

Stevani seperti menunjukkan bahwa dirinya jauh lebih tenang dibandingkan ombak Waduk Keuliling, Aceh Besar. Beradu dengan lima peserta yakni Marisa Selviyana Ansaka (Papua), Cinta Priendtisca Nayomi (Jakarta) Ramla B (Sulawesi Barat), Fajriah Nurbayan (Jawa Barat) dan Sabrina Ayesha Putri (Jambi) di babak final A nomor kayak 1000 m putri, Stevani menunjukkan bahwa kerja kerasnya selama kurang lebih lima bulan akan menjadi ombak besar yang harus ditaklukkan oleh mereka.

Memulai balapan, Stevani langsung mencatatkan wakut 44,63 detik saat memasuki 250 meter pertama. Catatan tersebut unggul 1,8 detik atas Cinta Priendtisca yang menyusul di urutan kedua. Stevani kian mempertajam catatan waktunya ketika memasuki pertengahan balapan dengan catatan 1 menit 31,84 detik atau unggul dari Ramla B yang menggeser Cinta usai mengamankan waktu 1 menit 34 detik.

Selisih waktu tersebut kian jauh usai Stevani tak dapat terkejar oleh Cinta dan Ramla yang saling bergantian menempati posisi kedua di 250 meter akhir balapan.

Akhirnya Stevani mengamankan posisi pertama dengan catatan waktu 3 menit dan 48,475 detik unggul atas Ramla B yang berada di posisi kedua dengan catatan waktu 3 menit dan 51,544 detik. Sedangkan Cinta Priendtisca harus puas di posisi ketiga usai di penghujung balapan temponya sempat turun dan finis dengan catatan 3 menit dan 53 detik.
Atlet dayung Papua Pegunungan, Stevani Maysche Ibo memamerkan medali emas canoeing nomor kayak 1000 m putri PON Aceh-Sumut 2024 di Waduk Keuliling, Aceh Besar, Rabu (4/09/2024). (ANTARA/FAJAR SATRIYO)

Emas perdana bagi Stevani melalui ajang kayak 1000 meter putri ini tentu menjadi penanda bahwa atlet berusia 27 tahun tersebut masih perkasa sebagai penakluk ombak. Terlebih medali emas yang disumbangkan Stevani juga merupakan medali emas perdana bagi provinsi Papua Pegunungan yang tercatat sebagai debutan di PON.

"Mungkin yang sebelum-sebelumnya medali (dipersembahkan) buat keluarga. Tapi sekarang saya sudah punya anak, jadi motivasi (bertanding) itu mungkin buat anak dan saya mempersembahkan medali ini buat anak saya, Saqueen," ujar Stevani.

Ke depannya Stevani masih belum menentukan kayuhannya apakah akan fokus untuk mempersiapkan diri menuju ajang multi nasional. Namun ia mengungkapkan untuk saat ini masih ingin fokus bersama dengan Papua Pegunungan untuk bersaing di sisa nomor yang belum dipertandingkan. Atlet kelahiran Jayapura pada 26 September 1996 tersebut tak menutup kemungkinan untuk kembali ke pelatnas jika memperoleh panggilan kembali dari PODSI.

Stevani berharap ke depannya para atlet Papua Pegunungan mampu termotivasi untuk mengikuti langkahnya yang menuliskan tinta emas baik di ajang nasional maupun internasional.

"Kalau untuk saya memang atlet lama, cuman saya mewakili Papua Pegunungan karena mereka provinsi baru. Jadi mungkin dengan capaian prestasi saya, ke depannya mungkin ada atlet-atlet baru yang dari Papua Pegunungan juga bisa mengikuti jejak saya (berprestasi) untuk ke cabang olahraga dayung," kata Stevani.

Baca juga: Mengarungi Danau Sentani untuk bersua orangtua atlet kebanggaan Papua

Pewarta: Fajar Satriyo
Editor: Junaydi Suswanto
Sumber: ANTARA