Setelah protes yang dilayangkan oleh ofisial Sofbol puteri Papua diterima PB-PON, atlet Papua kemudian menerima pengalungan medali perak atas keberhasilan mereka menempati juara kedua di cabang olahraga Sofbol putri PON Aceh-Sumut 2024.
“Kami kecewa karena ada pemain lawan (Sultra) yang sudah melewati batas usia 23 tahun, tapi bisa bermain,” kata Ofisial Kontingen Sofbol putri Papua
Aiyub Woisiri kepada wartawan di Aceh Barat, Minggu.
Menurutnya, apabila PB-PON atau PB Perbasasi tidak mengambil sikap terkait hal ini, maka pihaknya tidak akan menerima pengalungan medali, dan menolak menandatangani berita acara pertandingan.
“Sudah jelas, U-23 per 1 September itu tidak boleh main. Yang boleh main adalah pemain yang berusia 22 tahun, tidak lebih dari 23 tahun,” kata Aiyub.
Ia mengatakan, persoalan ini diharapkan dapat menjadi catatan dan pelajaran kepada semua pihak, khususnya tentang usia pemain yang diperbolehkan ikut bermain di ajang PON.
Meski mengaku kalah, Aiyub mengatakan pihaknya bangga karena dari bisa masuk ke babak grand final PON Aceh-Sumut 2024.
Sudah Ditangani PB-PON
Sementara itu, Humas PB Perbasasi, Andy Lumowa yang dikonfirmasi wartawan di Meulaboh, Aceh Barat mengatakan protes yang dilayangkan oleh ofisial Papua hanya masalah teknis saja.
“Sudah ada pihak yang menangani, ditangani PB-PON,” katanya.
Andy Lumowa mengatakan persoalan protes tersebut hanya sebuah kesalahpahaman saja, dan sejauh ini tidak ada kendala berarti.
Ia mengatakan, jika nantinya ada perkembangan terbaru terkait protes tersebut, PB Perbasasi juga akan menyampaikan perkembangan tersebut kepada media, katanya.
Baca juga: Perbasasi: Sofbol putra PON 2024 dimulai Senin besok di Aceh Barat
Baca juga: Sofbol putri sumbang emas pertama Sultra usai kalahkan Papua
Baca juga: Sofbol putri Sultra targetkan emas saat lawan Papua
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Dadan Ramdani
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).