KBRN, Deli Serdang: Kericuhan terjadi di PON 2024. Kali ini, kericuhan terjadi saat laga penyisihan akhir Grup A cabor sepak bola putri antara Sumut vs Bangka Belitung (Babel).
Laga yang berlangsung di Stadion Mini Disporasu, Senin (9/9/2024) sore, diwarnai aksi kejar-kejaran antara pemain Sumut dengan wasit. Tim putri Sumut sendiri harus memupus impiannya ke semifinal, karena kalah 0-2.
Beberapa kali pemain kedua tim terlibat permainan keras cenderung kasar, hingga akhirnya terjadi perkelahian pada menit ke-69. Insiden ini terjadi setelah terjadi benturan fisik yang cukup serius.
Tampak seorang ofisial Sumut masuk lapangan dan menghampiri wasit untuk protes. Begitu juga dengan sejumlah pemain saling dorong dan terlibat cekcok.
Atas kejadian itu, pemain Babel Jasmine Sefia di kartu merah. Begitu juga salah satu tim pelatih Sumut mendapat kartu kuning.
Usai laga, sejumlah official Sumut dan pemain yang kecewa dengan kepemimpinan wasit kembali mengejar beberapa perangkat pertandingan hingga menuju ruang ganti. Namun, langkah mereka diredam panitia.
Kemudian pemain meluapkan kekecewaannya di lapangan. Tampak sejumlah pemain Sumut menangis histeris atas kekalahan.
Demi menghindari bentrok, usai laga seluruh pemain dan ofisial Babel coba diamankan. Setelah itu langsung kembali ke hotel dengan dikawal polisi.
Dalam keterangan pers, pelatih Sumut, Marasabessy menilai laga kedua tim awalnya berjalan lancar. Hanya, mereka menilai ada keputusan wasit yang merugikan.
“Ada beberapa pelanggaran yang secara kasat mata awam pasti tahu. Kami tuan rumah bukan berarti minta dibantu, tapi itu memang seharusnya penalti,” ujarnya.
Sementara pemain Sumut, Herlina memohon maaf kepada masyarakat atas kegagalan mereka lolos ke semifinal. Dia menyebut para pemain sudah berjuang maksimal.
“Wasit kurang profesional. Apabila dapat penalti mungkin hasilnya bisa berubah, atletpun lebih semangat,” katanya.
Atas insiden itu, perwakilan Babel tidak dihadirkan dalam sesi konferensi pers. Ketua panitia pelaksana pertandingan, Hadi Khairul Sinaga mengatakan insiden dipicu adanya tensi permainan yang sudah memanas di penghujung babak pertama.
“Panitia hanya bisa mengamankan, tidak bisa melarang pemain kecewa, dan itu enggak bisa dikontrol. Maka setelah pertandingan kami minta bantuan ke polisi mengawal tim Babel,” ucap Hadi.
Pewarta: Joko Saputra
Editor: Ari Dwi P
Sumber: RRI