Sedikitnya 65 cabang olahraga dipertandingkan dalam PON XXI, yang menandai kali pertama pentas multicabang nasional tersebut dilangsungkan di dua provinsi secara bersamaan.
Dari sekian banyak cabang olahraga yang dipertandingkan, beberapa di antaranya mungkin terdengar asing bagi masyarakat awam di Indonesia, salah satunya woodball.
Pada dasarnya, permainan woodball mirip seperti golf. Pemain diharuskan memukul bola kecil menggunakan mallet, sebuah tongkat yang mirip seperti palu, agar bisa meloloskannya ke dalam gate atau gawang dengan jumlah pukulan sesedikit mungkin untuk dapat memenangkan permainan.
Woodball dapat dimainkan secara individual, berpasangan, dan tim yang terdiri dari empat sampai enam pemain dalam sebuah kompetisi.
Olahraga ini memiliki dua jenis kompetisi yakni stroke competition yang berbasis jumlah pukulan dan fairways competition yang berbasis lintasan. Dalam stroke competition, pemenang ditentukan berdasarkan jumlah pukulan paling sedikit. Sedangkan untuk fairways competition, pemain yang memenangi paling banyak lintasan bakal mendapat lebih banyak poin penentu kemenangan secara keseluruhan.
Di Indonesia, atau bahkan di dunia, woodball terbilang masih berusia muda apabila dibandingkan dengan olahraga lain yang lebih populer. Olahraga woodball diciptakan oleh seorang berkebangsaan Taiwan, Ming-Hui Weng.
Uniknya, olahraga ini tercipta dari keinginan Weng membuat sebuah taman sebagai tempat berjalan santai bersama ayahnya untuk menikmati pemandangan kota Taipei.
Setelah membersihkan kaki bukit dari rumput liar, Weng menemukan sebuah lapangan yang bisa dijadikan sebagai sarana olahraga. Terlindas dalam benaknya, lapangan tersebut bisa disulap menjadi tempat bermain olahraga yang menggunakan bola.
Ia kemudian merancang sebuah permainan bola dimana yang saat dimainkan bolanya tidak perlu melayang dan cocok dimainkan di lapangan berumput.
Selain itu, olahraga tersebut juga harus ekonomis yang berarti tidak membutuhkan biaya besar serta lapangan luas untuk memainkannya sehingga Weng bisa mengajak teman-temannya bermain bersama.
Setelah dua tahun melakukan eksperimen dan berbagai pengaturan, maka terciptalah sebuah olahraga yang saat ini kita kenal sebagai woodball. Woodball kemudian menyebar ke berbagai negara dan organisasi dunia yang menaungi olahraga ini, International Woodball Federation (IWbF) berdiri pada 1999.
Baca juga: 16 provinsi perebutkan tujuh medali emas woodball pada PON XXI di Aceh
Baca juga: KONI sebut persiapan arena woodball untuk PON sesuai rencana
Prestasi Indonesia
Woodball pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 2002 dan empat tahun kemudian atau pada 2006 induk organisasi woodball nasional Indonesia Woodball Association (IWbA) resmi berdiri.
Meskipun masih terhitung baru, olahraga woodball telah membanggakan Merah Putih dengan menjuarai sejumlah kompetisi di tingkat internasional.
Indonesia pernah sukses membawa medali emas di Piala Dunia Woodball Pantai 2023 yang berlangsung di Malaysia melalui atlet Ivan Zakaria Bimantara di nomor single fairway putra.
Di tahun yang sama, tim Woodball Indonesia membawa pulang medali emas dan medali perak dari kejuaraan Taiwan International Cup 2023.
Medali emas berhasil dibawa pulang oleh pasangan I Gusti Ayu Putu Nanda Santhika/Nur Alia yang turun di nomor double stroke women. Adapun medali perak diraih oleh pasangan AA Nyoman Rama Smara Kencana Raja/Ivan Zakaria Bimantara di nomor spible stroke man.
Mundur ke tahun 2016, atlet woodball Ahris Sumariyanto menyumbang emas bagi kontingen Indonesia pada Asian Beach Games (ABG) 2016 di Da Nang, Vietnam.
Di kancah lokal, Ketua Umum IWbA Aang Sunardji mengatakan persebaran atlet-atlet woodball yang berprestasi saat ini mulai merata dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang didominasi dari beberapa daerah saja di Indonesia.
"Atlet woodball yang berprestasi kini penyebarannya mulai merata dari sebelumnya didominasi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah," ujar Aang.
Atlet-atlet berprestasi yang sebelumnya didominasi dari beberapa provinsi, kini sudah mulai bermunculan dari daerah lain seperti dari Jawa Timur yang berprestasi dalam kejuaraan di Banten.
Selain itu, atlet woodball dari Bali juga tampil mengejutkan dan berprestasi pada babak kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di Solo, Jawa Tengah.
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) saat ini terus memperjuangkan agar woodball dipertandingkan dalam SEA Games 2025 di Bangkok, Thailand.
Pada rapat Rapat Kerja SEA Games Federation (SEAGF), KOI juga akan kembali mengomunikasikan gagasan mendorong woodball dipertandingkan dalam SEA Games 2025, yang keputusannya akhir keluar Desember tahun ini.
Baca juga: Pengprov: Woodball PON masih tunggu penetapan resmi venue pengganti
Baca juga: KOI ingin atlet woodball terbaik hadapi SEA Games 2025
Momentum kebangkitan
Geliat woodball semakin berkembang di Indonesia setelah permainan bola tersebut bergabung ke dalam jejeran olahraga yang dipertandingkan pada ajang PON.
PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 menjadi penampilan pertama woodball setelah terdaftar sebagai cabang olahraga eksibisi dalam PON XIX Jawa Barat tahun 2016.
Sebanyak 16 provinsi di Indonesia akan memperebutkan medali emas dari tujuh nomor pertandingan di antaranya Provinsi Bali, Jawa Barat, Riau, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur.
Selanjutnya, Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung, Sumatera Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta dan tuan rumah Aceh.
Aang mengatakan ajang PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 merupakan momentum untuk membangkitkan kembali prestasi woodball hingga ke kancah global. IWbA berupaya untuk meningkatkan prestasi woodball dengan menargetkan olahraga tersebut sebagai salah satu penyumbang medali emas bagi tanah air.
Upaya membangkitkan kembali prestasi itu akan dilakukan melalui PON 2024 yang sekaligus menjadi momentum mempersiapkan atlet untuk kejuaraan internasional seperti SEA Games.
"Prestasi itu yang kami ingin coba bangkitkan lagi, woodball jadi salah satu cabang olahraga kebanggaan Indonesia penyumbang medali emas," katanya.
Pengurus Besar IWbA juga terus fokus membina atlet dengan mengikutsertakan mereka dalam kejuaraan di luar negeri.
Selain itu, IWbA juga terus berkoordinasi dengan pengurus provinsi untuk bersama-sama mendorong kompetisi yang dapat melahirkan atlet-atlet berbakat yang ke depan bisa diandalkan untuk bersaing hingga tingkat internasional.
Seperti yang ditekankan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Marciano Norman, PON merupakan momen evaluasi bagi pembinaan olahraga di setiap kabupaten/kota dan provinsi.
Ajang olahraga multi cabang tingkat nasional ini menjadi tonggak penting dalam mencetak atlet nasional yang akan menorehkan prestasi gemilang di level mancanegara. Hal itu juga berlaku untuk woodball, dengan penyelenggaraan PON diharapkan muncul bibit-bibit atlet baru yang akan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
Baca juga: IWbA: Atlet woodball berprestasi mulai merata di Indonesia
Baca juga: IWbA sebut PON 2024 jadi monemtum bangkitkan prestasi woodball
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Gilang Galiartha
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).