Spanduk-spanduk yang dipasang menjadi garis pembatas dadakan demi menghalangi akses ke tribun penonton lantai tiga juga berakhir gagal memenuhi fungsinya, sebab masyarakat tetap naik ke lokasi yang belum rampung pengerjaannya itu demi sedikit tempat yang "nyaman" untuk melihat langsung para joki memacu kuda mereka di lintasan.
Pada hari kedua perlombaan pacuan kuda PON XXI, Kamis (12/9), arena yang juga bernama Arena HM Hasan Gayo di Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, membuktikan bahwa kombinasi pacuan kuda dan pesta multicabang terbesar nasional menjadi resep manjur untuk menciptakan magnet dan daya tarik bagi masyarakat Takengon.
Notabene masyarakat Takengon memang mayoritas penggemar pacuan kuda, tetapi mereka tak begitu awas bahwa terdapat ancaman bahaya yang membayangi mereka saat menyaksikan adu ketangkasan para joki memacu kuda di PON Aceh-Sumut 2024 ini. Memacu nyali
Di Arena Pacuan Kuda Takengon, bukan hanya joki dan kudanya yang berpacu untuk menjadi yang tercepat di atas lintasan, tetapi juga para penonton berpacu dengan keadaan demi bisa menjadi bagian pesta olahraga PON XXI.
Tribun penonton arena tersebut terdiri dari tiga lantai dengan kapasitas 6.500 penonton, tetapi saat PON XXI digelar belum bisa digunakan dengan kapasitas 100 persen. Pasalnya, masih ada proyek pemasangan atap tribun penonton, sehingga hanya lantai satu dan dua yang boleh digunakan masyarakat.
Bayang-bayang bahaya tak dapat dilepaskan dari tribun penonton Arena Pacuan Kuda Takengon yang tak kunjung selesai dibangun, meninggalkan masyarakat dengan pilihan memacu adrenalin atau tak bisa menonton perlombaan pacuan kuda PON XXI.
Tribun yang dapat menampung kapasitas penonton sebesar 6.500 tersebut masih belum di pasang atap sepenuhnya dan masih dalam tahap pengerjaan. Kondisi tribun yang mempunyai tiga lantai tersebut juga masih seadanya tanpa ada penghalang saat menaiki tangga.
"Penonton memang yang menonton ramai. Sedangkan tribun belum selesai, tingkat di tribun tiga masih belum ada pagar jadi bisa membahayakan," kata Romi (32 tahun) yang merupakan salah satu penonton.
Sebenarnya kondisi yang masih belum selesai dipasang atap tribun membuat panitia mengarahkan para penonton untuk menempati dua tribun bagian bawah dan menutup akses menuju tribun lantai tiga.
Kendati sudah terdapat larangan, tampak ratusan penonton memaksa masuk menuju tribun di lantai tiga dengan menerobos spanduk pembatas demi menggunakan tangga dan naik menuju tribun.
"Sebenarnya bagus karena PON ini ajang yang bagus tapi bangunannya belum siap 100 persen takutnya jatuh. Pas naik di lantai dua ke lantai tiga masih di tahap pengerjaan takut terkena material bangunan, cuma tidak ada panitia yang melarang," ujar Romi.
Kondisi cuaca terik sepanjang pertandingan juga membuat beberapa penonton terlihat merambat dari tangga pekerja, yang disediakan pekerja untuk penyelesaian proyek pemasangan atap tribun penonton, demi berlindung dari guyuran terik matahari dan bisa menyaksikan langsung perlombaan di atas tribun.
Technical Delegate cabang berkuda nomor pacuan kuda, Fauzan Haviz mengaku bahwa membludaknya jumlah penonton yang hadir langsung di luar panitia.
Fauzan mengatakan sedikitnya 300 personel pengamanan, yang terdiri dari gabungan petugas, Polisi, Tentara dan Satpol PP, bertugas untuk mengamankan pertandingan PON Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda Takengon.
"Kita melihat memang penonton sangat ramai, ini memang ya di luar ekspektasi kita semua seramai ini. Jadi memang ke depan kalau ada pacuan di sini memang pengamanan akan lebih banyak orang dilakukan," kata Technical Delegate, Fauzan Haviz.
Baca juga: Tribun penonton Arena Pacuan Kuda Takengon membludak lewati batas aman
Baca juga: TD Pacuan Kuda : Penonton sangat ramai di luar ekspektasi
Potensi dari Arena Pacu Kuda
Kota Takengon tak dapat dilepaskan dengan sejarah panjang pacuan kuda yang kini tetap dilestarikan sebagai pacuan kuda tradisional Gayo. Pacuan kuda tradisional Gayo merupakan salah satu pesta rakyat yang sudah ada sejak masa kolonial, Belanda.
Pacuan kuda atau yang kerap disebut "pacu kude" merupakan tradisi masyarakat Gayo, yang notabene mayoritas bekerja sebagai petani, yang pertama kali digelar pada tahun 1850. Pacu kude pertama kali digelar dengan lintasan sepanjang 1.500 km dimulai dari Wikip hingga finis di daerah Menye.
Tradisi masyarakat Gayo tersebut dilaksanakan setiap selesai panen. Memasuki tahun 1930-an, tradisi "pacu kude" yang menggunakan joki cilik berusia 10 sampai 16 tahun tersebut menjadi acara tahunan di dataran tinggi Gayo yang diselenggarakan setiap panen.
Seusai masa kemerdekaan Indonesia, tradisi "pacu kude" tetap dipertahankan oleh masyarakat dengan digelar setiap setahun dua kali yakni untuk memperingati HUT Indonesia pada bulan Agustus dan hari jadi kota Takengon di bulan Februari.
Sejarah panjang masyarakat Gayo terhadap ajang pacuan kuda tentu akan menjadi salah satu potensi yang dapat terus dikembangkan terlebih kini memiliki venue Arena Pacu Kuda Takengon yang notabene bisa dimanfaatkan untuk menjadi sarana pembinaan joki-joki kuda untuk Indonesia.
Ketua Umum Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi), Triwatty Marciano mengatakan bahwa dengan adanya venue seperti Arena Pacu Kuda Takengon maka potensi budaya masyarakat Takengon yang kental dengan pacuan kuda dapat kian ditingkatkan.
"Memang ini sesuai dengan ekspektasi kami dari awal bahwa kenapa dari Pengurus Pusat Pordasi itu memilih Takengon sebagai lokasi untuk venue pacu kuda pada saat PON XXI Aceh-Sumut 2024 ini, karena memang selain di sini adalah pacu itu sudah menjadi membudaya, venuenya pun memadai. Jadi mudah-mudahan ini akan menjadi lintasan pacu yang terbaik di Indonesia.
Triwatty Marciano mengungkapkan kondisi venue Arena Pacuan Kuda Takengon diproyeksikan dapat rampung pada Oktober mendatang. Menurut Triwatty saat ini masih terdapat sejumlah fasilitas-fasilitas yang belum lengkap dan akan secara bertahap akan dilengkapi.
Ketika ditanya kemungkinan venue Arena Pacuan Kuda Takengon untuk menjadi venue Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PP Pordasi, Triwatty mengatakan sangat terbuka akan hal tersebut. Namun Triwatty mengatakan bahwa semua itu tergantung dari PP Pordasi Pengprov Aceh mau mengajukan diri saat musyawarah nasional mendatang atau tidak.
"Nah ini tergantung nanti hasil munas yang akan datang...pada bulan November. Apabila Pordasi Aceh dan Provinsi Aceh bersedia dan juga dengan yakin meminta kepada semua anggota daripada Pordasi itu untuk mengiyakan membuat atau melaksanakan Kejurnas tahun 2025 di sini itu bisa," ujar Triwatty.
Baca juga: Ketum Pordasi sebut Arena Pacuan Kuda Takengon dapat rampung Oktober
Baca juga: Berkuda - Jakarta borong tiga emas pacuan kuda
Pewarta: Fajar Satriyo
Editor: Gilang Galiartha
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).