ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Hapkido tawarkan harapan dan panggung baru bagi para petarung

Hapkido tawarkan harapan dan panggung baru bagi para petarung

13 September 2024 19:09 WIB
Hapkido tawarkan harapan dan panggung baru bagi para petarung
Atlet hopkido Sulawesi Utara Tesalonika Kumboh (kiri) melepaskan tendangan ke arah atlet Kalimantan Timur Janitra Cikan Silawati pada final kelas PON XXI Aceh-Sumut 2024 di GOR KONI Aceh, Banda Aceh, Aceh, Kamis (12/9/2024). Tesalonika Kumboh meraih medali emas setelah mengalahkan Janitra dengan poin 26-13. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pras.
Banda Aceh (ANTARA) - Korea Selatan (Korsel) telah mengekspor sejumlah hal ke Indonesia. Mulai dari budaya drama Korea, musik K-Pop, perangkat elektronik, kendaraan roda empat, sampai pelatih timnas sepak bola Shin Tae-yong.

Di arena beladiri, publik Indonesia sudah sejak lama akrab dengan olahraga taekwondo yang telah begitu mengakar, sampai hampir semua sekolah di Indonesia memiliki kegiatan ekstra kurikuler olahraga bela diri yang mengutamakan keterampilan kaki ini.

Sejauh ini, dalam benak sebagian besar masyarakat,
taekwondo seolah tanpa lawan jika menyangkut bela diri asal Korsel. Pokoknya bela diri asal Korea ya taekwondo! Titik!  Berbeda dengan negara tetangganya, Jepang, yang bela diri tradisionalnya cukup beragam yang dikenal masyarakat Indonesia, seperti karate, judo, jiujitsu, dan aikido,

Namun, belakangan eksistensi taekwondo sebagai satu-satunya bela diri asal Korsel terusik. Dua bela diri lain asal negeri ginseng, yakni yongmoodo dan hapkido, perlahan-lahan mulai memasuki alam pikir masyarakat Indonesia.

Nasib sedikit berbeda dialami kedua jenis bela diri ini. Jika yongmodoo masih belum dipertandingkan di ajang multi cabang, hapkido telah memulai kiprahnya sebagai olahraga kompetitif di PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024, setelah menjadi cabang eksibisi pada PON XX Papua.


Baca juga: Yulianto sempat tertekan sebab atlet Aceh belum raih emas di hapkido
Baca juga: Andreas mustahil hindari latihan hapkido karena dilatih kakak sendiri


Halaman berikut: Kilas balik PON XX Papua
Kilas balik PON XX Papua

Pada PON XX Papua, hapkido dipertandingkan sebagai cabang eksibisi. Sebagai cabang eksibisi, hapkido hanya memiliki waktu satu hari untuk menggelar sejumlah pertandingan.

Terdapat 11 nomor dari dua kategori, yakni nomor daeryun (tarung) dan honshinsul serta hyung (seni). Total terdapat 67 atlet dari 15 provinsi pada pertarungan eksibisi itu.

Saat itu, Ketua KONI Pusat Marciano Norman, menilai hapkido berpeluang dipertandingkan secara kompetitif pada PON XXI Aceh-Sumut 2024. Ia pun berharap hapkido dapat semakin berkembang di tanah air.

Hapkido Indonesia sebagai wadah yang mengurusi olahraga ini telah menjadi anggota KONI sejak 2019. Hapkido Indonesia sendiri sebagai organisasi telah berdiri sejak 2014, setahun sejak masuknya hapkido secara massal ke Indonesia.

Pada kesempatan itu, Marciano juga sempat menuturkan harapannya agar kekuatan tim-tim peserta PON dari cabang hapkido merata, sehingga persaingan antar provinsi dapat berlangsung ketat.

Baca juga: Cut Dini Rizka pindah haluan ke hapkido karena sangat menantang
Baca juga: Medali emas hapkido kelas tarung hari kedua dimenangi tiga provinsi


Halaman berikut: Hapkido pada PON XXI


Hapkido pada PON XXI

Jika yang didambakan Marciano adalah pemerataan kemampuan, PON XXI Aceh-Sumut 2024 belum menjadi tempatnya. Namun jika dilihat dari sudut pandang pelaksanaan dan antusiasme penonton setempat, mungkin hapkido telah berhasil menjawab tantangan Marciano.

Melihat klasemen akhir perolehan medali hapkido pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat superior dengan koleksi tujuh medali emas dan tiga medali perunggu.

Menyusul Sulawesi Utara (Sulut) di posisi kedua dengan tiga medali emas dan dua medali perak, kemudian Jawa Barat berada di posisi ketiga dengan dua medali emas, lima medali perak, dan dua medali perunggu.

Tuan rumah Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Bangka Belitung masing-masing mengoleksi satu medali emas. Sedangkan 14 tim lainnya masih belum membawa pulang medali emas. Total terdapat 21 tim yang mengikuti pertandingan hapkido pada PON kali ini.

Dari sudut pandang pelaksanaan kompetisi, tidak berlebihan jika disebut penyelenggaraan pertandingan hapkido di PON berjalan dengan cukup baik.

Prasarana dan sarana yang mumpuni, kepatuhan para atlet dan ofisial terhadap peraturan yang ditetapkan, sampai peralatan untuk menunjang keobjektifan wasit membuat laga demi laga hapkido di GOR KONI, Banda Aceh, selama 10 sampai 12 September, cukup nyaman disaksikan.

Kekurangan di sana-sini tentu masih ada, tapi kinerja para panitia dan seluruh insan hapkido yang terlibat pada penyelenggaraan PON sebagai debut mereka ini layak diapresiasi.


Baca juga: Kezia sejak awal sudah percaya diri akan bawa pulang medali emas


Halaman berikut: Harapan dan panggung baru
Harapan dan panggung baru

Masuknya hapkido ke tanah air, dan seiring perjalanan waktu akhirnya dapat dipentaskan di arena PON, membuat olahraga bela diri asal Korea ini menjadi harapan dan panggung baru bagi para pegiat bela diri di tanah air.

Sebagian besar atlet hapkido yang tampil di PON, telah lebih dahulu menekuni bela diri lain seperti taekwondo dan pencak silat. Namun mereka merasa menemukan tambatan hati di hapkido.

Pemenang medali emas nomor daeryun kelas kelas 47-51 kilogram putri, Cut Dini Rizka Maghtira, menyebut ia pindah haluan ke hapkido karena merasa lebih menantang.

“Saya itu awalnya ikut taekwondo. Suka saja sama hapkido karena lebih bebas, karena ada pukulan, ada bantingan juga. Lebih leluasa. Saya kebetulan lebih suka yang menantang,” kata Dini kepada ANTARA.

Di sisi lain, selain nomor pertarungan, hapkido yang juga mempertandingkan kelas seni dan keterampilan menendang yakni nak bop high jump, memberikan panggung kepada Hafidz Kurnia Ramadan. Hafidz pada PON XX Papua masih bertanding di cabang jiujitsu, sebelum kemudian pindah ke hapkido dan meraih medali emas di nomor nak bop.

Kepindahan Cut Dini dan Hafidz dari bela diri sebelumnya ke hapkido, bukan merupakan suatu pengkhianatan terhadap bela diri asalnya. Tingkat kompetitif, prospek masa depan, dan berbagai pertimbangan lain tentu telah dipertimbangkan masak-masak oleh mereka.

Memilih bela diri ataupun cabang olahraga yang cocok dan sesuai merupakan hak setiap orang. Apalagi jika pilihannya itu dapat memberikan prestasi, minimal bagi diri sendiri, terlebih mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.


Baca juga: Devi sudah bayangkan akan raih medali emas dari hapkido

Baca juga: Rahmatullah akhirnya rebut emas setelah sebelumnya mentok di perak

Baca juga: Perdana tampil di PON, Gloriya sumbang emas pertama untuk Sulut

Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Dadan Ramdani
Sumber: ANTARA