"Kemenangan ini saya persembahkan kepada masyarakat Provinsi Papua Barat dan terkhusus untuk saudara dan keluarga saya," kata Tsunami di Bendungan Keuliling, Kabupaten Aceh Besar, Minggu.
Meskipun hanya meraih medali perunggu karena timnya kalah cepat dari kontingen Jawa Barat dan Sulawesi Tenggara yang masing-masing menyegel medali emas dan perak, Tsunami beserta rekan-rekannya mengaku tetap bangga atas capaiannya.
Secara pribadi atlet dayung putra kelahiran 3 Maret 1996 tersebut mengaku memiliki keterikatan tersendiri dengan Aceh. Sebab, ia dilahirkan bersamaan dengan peristiwa gempa dan tsunami yang melanda Manokwari, Papua Barat.
Baca juga: PB PODSI jelaskan penyebab Jawa Barat dan Kalteng didiskualifikasi
Peristiwa yang dialaminya juga terjadi di Aceh tepatnya pada 26 Desember 2004. Kala itu, gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo yang disertai tsunami memporak-porandakan Aceh dengan korban jiwa mencapai ratusan ribu jiwa.
"Saya bangga diberi nama tsunami," kata dia.
Pada final cabang olahraga dayung perahu naga nomor 12 crew putra 500 meter tersebut kontingen Jawa Barat berhasil menjadi yang tercepat usai finis dengan catatan waktu 1 menit 57,250 detik.
Sementara di posisi kedua tim beregu putra Sulawesi Tenggara berhasil menyegel medali perak setelah finis 1 menit 58,435 detik. Sementara Papua Barat harus puas membawa pulang medali perunggu usai finis 1 menit 58,668 detik.
Baca juga: Pelatih: Angin salah satu penyebab tim dayung Jabar didiskualifikasi
Baca juga: Dayung - Jawa Barat samai perolehan medali emas di PON XX Papua
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Irwan Suhirwandi
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).