Heri mengatakan tidak ada perubahan status di Tokyo atau dalam status keadaan darurat, sehingga semua atlet harus tunduk pada protokol kesehatan dan aturan yang ada.
"Semuanya terpulang kembali pada ketentuan state of emergency, seperti tidak boleh berkumpul, berbagai kegiatan bersama, itu yang menjadi dasar," ujar Heri dalam talk show persiapan Protokol Kesehatan PON XX Papua secara daring yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Heri mengatakan sebelum tiba, para atlet disarankan untuk memperoleh vaksin COVID-19. Semua protokol diatur oleh national olympic comitee (NOC).
Sebelum berangkat, katanya, para atlet sudah diberlakukan karantina selama 14 hari dengan pengecekan suhu tubuh harian serta tes usap PCR 3x24 jam. Di wisma atlet, para atlet telah diberlakukan pengelompokan untuk ruangan makan.
"Sebenarnya para atlet tidak bisa keluar dari athele village, kecuali dengan kendaraan yang sudah ditetapkan panitia. Protokol kesehatan, dari KBRI hanya kebagian satu pass untuk masuk athlete village," ujar dia.
Baca juga: BNPB beri dukungan asistensi prokes untuk PON XX Papua
Heri mengatakan meski tidak ada penonton, dan sesama relasi atlet terrbatasi, yang paling penting dari perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 adalah pemberitaan yang sangat masif. "Namun demikian mereka mengatur jarak, wawancara tatap muka yang sangat berbeda," ujar dia.
Baca juga: KONI Aceh ingatkan atlet jaga kesehatan jelang ke PON XX
Setelah itu, menurut dia, tidak lupa para atlet menerapkan protokol kesehatan saat pulang kembali ke negara masing-masing guna mencegah penyebaran COVID-19 selepas bepergian dari Jepang.
Baca juga: Bamsoet: PON Papua bangkitkan nasionalisme anak bangsa
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M Astro
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).