Pada Rabu pagi, DKI Jakarta mengoleksi 135 medali emas, 114 perak, dam 108 perunggu. Namun dalam hitungan jam saja Jawa Barat mampu menyalip.
Berdasarkan laman resmi PB PON, pada Kamis pukul 07.00 WIB, Jabar unggul dengan 149 medali emas, 134 perak, dan 135 perunggu. Sementara DKI Jakarta mengumpulkan 146 medali emas, 127 perak, dan 117 perunggu.
Perebutan juara umum diprediksi hanya akan berkutat pada dua provinsi tersebut mengingat waktu penyelenggaraan sudah memasuki babak akhir. Sementara Jawa Timur yang berada di posisi ketiga, cukup jauh tertinggal.
Pun demikian dengan tuan rumah Sumatera Utara dan Aceh yang bahkan tertinggal jauh dari tiga provinsi yang telah disebutkan sebelumnya.
Kontingen Jawa Barat dan DKI Jakarta memiliki ambisi berbeda dalam penyelenggaraan PON kali ini. Jawa Barat bertekad untuk meraih juara yang ketiga kalinya secara beruntun. Sementara DKI Jakarta ingin menggenapkan torehan ke-12-nya.
Final di berbagai cabang pada Kamis bisa menjadi penentu akhir siapa yang akan keluar menjadi juara umum. Di Sumatera Utara sejumlah partai final akan berlangsung seperti pada cabang renang bulu tangkis, Kick Boxing, tinju, biliar, karate, dan lainnya.
Cabang olahraga renang pada Kamis akan memperebutkan lima medali emas, biliar empat medali emas, gateball tujuh medali emas, Ski Air empat medali emas, balap motor empat medali emas, bulu tangkis lima medali emas, tarung derajat 14 medali emas, dan masih banyak lagi.
Rekor
Di balik perebutan siapa yang akan menjadi juara umum, tersaji juga sejumlah catatan penting yang tercipta pada Rabu.
Pada renang nomor 4x100 meter gaya ganti estafet putri misalnya, Jawa Timur berhasil mempertajam rekor lewat Chelsea Alexandra, Nurita Monica Sari, Adinda Larasari Dewi Kirana, dan Patria Yosita Hapsari.
Keempatnya sukses menjadi yang terdepan dengan catatan waktu 4 menit 14,04 detik. Hasil tersebut mempertajam rekor Jawa Timur ketika tampil di PON 2021 Papua dengan 4 menit 16,99 detik.
Perenang Jawa Barat Aflah Fadlan Prawira juga berhasil mempertajam rekor PON yang dia ciptakan pada 2021 di Papua pada nomor 1.500 meter gaya bebas putra.
Saat di Papua ia berhasil menyelesaikan lomba dengan 15 menit 44,84 detik. Kini perenang jarak jauh terbaik di Indonesia itu memiliki catatan waktu 15 menit 42,62 detik untuk meraih emas.
Masih pada cabang renang, Perenang muda DKI Jakarta Adelia Chantika Aula mampu meraih dua emas di nomor 100 meter gaya bebas putri dan nomor 100 meter gaya punggung putri dalam hitungan jam saja.
Begitu juga dengan perenang DKI Jakarta Joe Aditya Wijaya Kurniawan yang kembali memecahkan rekor Pekan Olahraga Nasional (PON) saat tampil di nomor 100 meter gaya bebas.
Perenang 23 tahun itu membukukan waktu 50,28 detik, menggeser rekor PON atas nama Triady Fauzi Sidiq ketika tampil di PON Jawa Barat 2016 dengan 50,49 detik.
Sementara pada cabang atletik kategori lontar martil, Atlet Jawa Barat Tresna Puspita memecahkan rekor PON. Tresna berhasil melempar martil sejauh 52,44 meter atau melebihi rekor yang sebelumnya dipegang Rose Herlinda asal DKI Jakarta, yang mencatatkan lemparan sejauh 51,2 meter, saat PON Jawa Barat 2016.
Walau begitu, Tresna belum mampu memecahkan rekor nasional yang juga dicatatkan atas nama Rose Herlinda pada 15 Desember 2019. Masa itu, atlet Jakarta tersebut melempar martil sejauh 54,12 meter.
Waspada cuaca ekstrem
Saat ambruknya venue menembak pada Selasa akibat cuaca ekstrem, menjadi catatan penting perihal kesiapan infrastruktur dalam menghadapi berbagai kondisi. Pemerintah akan mengevaluasi semua pihak yang terlibat.
Sudah semestinya segala infrastruktur dipersiapkan dengan matang --juga kokoh-- agar pelaksanaan pertandingan dapat berjalan lancar dan terhindar jatuhnya korban.
Indonesia yang merupakan "supermarket" bencana harusnya telah mengantisipasi segala kemungkinan terburuk. Desain perencanaan infrastruktur harus mempertimbangkan berbagai aspek ketahanan, mulai gempa, cuaca ekstrem, tsunami, dan lainnya.
Setelah ambruknya arena menembak, venue pertandingan panahan juga porak-poranda dihempas hujan badai pada Rabu. Tenda-tenda di bagian kiri arena ambruk terangkat angin kencang, sementara tenda-tenda yang lain terlepas beberapa persambungan tarupnya.
Selain itu sejumlah kipas angin dan fasilitas lainnya terjatuh dan basah akibat hujan badai. Selain itu di satu unit televisi di bagian tribun penonton juga jatuh dan basah oleh hujan.
Pun demikian dengan Jendela GOR Harapan Bangsa yang copot diterjang angin kencang saat pertandingan basket 3X3.
Menpora Dito Ariotedjo mengatakan kondisi cuaca ekstrem yang melanda dua hari terakhir dan menyebabkan sejumlah venue PON XXI di Aceh mengalami kerusakan, merupakan keadaan yang tidak bisa diantisipasi.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) cuaca buruk berpotensi dapat terjadi hingga penutupan PON XXI pada 20 September 2024.
Kewaspadaan tersebut perlu dilakukan setelah BMKG mendeteksi keberadaan fenomena atmosfer di antaranya seperti gelombang Ekuatorial Rossby dan Kelvin.
Fenomena atmosfer tersebut dideteksi membawa berpotensi meningkatkan curah hujan diiringi angin signifikan pada 18-21 September di wilayah Sumatera Utara.
Bahkan berdasarkan laporan dari Balai Besar MKG wilayah I Medan potensi pertumbuhan awan hujan diklasifikasikan dalam kategori tinggi di Kota Medan dan sekitarnya, lebih dari 70 persen.
Potensi cuaca berdasarkan kondisi dinamika atmosfer tersebut telah dilaporkan BMKG kepada pihak Komite Olahraga Nasional (KONI) untuk dapat disesuaikan dalam agenda penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut.
Baca juga: Fakhri Husaini: Persiapan Jatim raih medali emas hanya dua bulan
Baca juga: Lifter Amir Hamzah sumbang medali emas angkat berat untuk Jawa Barat
Baca juga: Jakarta borong empat medali emas pada hari kedua karate
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).