"Memang tadi itu menarik, menjadi perhatian, karena menurut perhitungan wasit dan tim referee, dari pihak Kaltim terlalu lama menahan, lebih dari 20 detik," kata Dedy di Deli Serdang, Kamis.
Dia menyampaikan hal itu ketika dimintai tanggapan soal adanya pertandingan ulang final kategori fighting kelas -77 kilogram antara jujitsan Jawa Timur Artz Brilliant Perfecto Tanujaya melawan Muhammad Irfan Fauzi dari Kalimantan Timur.
Dedy menjelaskan bahwa tim referee mencatat Kaltim menahan terlalu lama, melebihi 20 detik, yang tentunya hal itu menguntungkan atlet Jatim dalam penilaian akhir.
Meskipun Kaltim sempat unggul dalam nilai, pelanggaran yang dilakukan menyebabkan penilaian berpihak kepada Jatim.
"Jadi, memang menurut ketentuannya harus mengambil move-move, gerak-gerak. Tadi terlalu pasif sehingga menguntungkan bagi lawan akhirnya," jelasnya.
Lebih lanjut Dedy mengatakan bahwa pemberian nilai terhadap pertandingan tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang ada.
"Kami baru saja tadi koordinasi, tapi itulah memang aturan, aturan yang memang yang harus dipatuhi," ucapnya.
Menurutnya, official maupun atlet harus memahami dan mempelajari regulasi-regulasi yang terbaru sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap aturan yang lama.
Ia mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap regulasi terbaru bagi semua official dan atlet. Kesalahan pemahaman dapat berdampak pada hasil pertandingan yang diharapkan.
"Terkadang aturan itu tidak terupdate oleh tim official ataupun atlet itu sendiri, nah inilah yang perlunya bahwa regulasi ini harus banyak dipelajari oleh banyak pihak," ucapnya.
Dedy juga menyoroti perlunya edukasi agar tim official dan atlet mengikuti pembaruan aturan. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahpahaman yang merugikan saat pertandingan.
"Sayang kalau yang menurut kacamata sendiri itu sudah benar, ternyata menurut regulasinya adalah pelanggaran," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBJI Laksamana Madya TNI (Purn) Desi Albert Mamahit menegaskan bahwa pertandingan jujitsu dilakukan dengan menjunjung tinggi sportivitas.
"Jadi kita semuanya sepakat untuk bertanding dengan profesional, sportif, dan bukan hanya masalah menang kalah, atau menjadi juara tapi yang penting adalah persaudaraan, persahabatan dan persatuan di antara atlet atlet, terutama atlet jujitsu," kata Desi Mamahit.
Baca juga: Final jujitsu Jatim dan Kaltim diwarnai drama tanding ulang
Baca juga: Jujitsan Jatim tumbangkan atlet MMA Linda Darrow di final jujitsu PON
Baca juga: Ketum PBJI bangga jujitsu masuk di perhelatan PON
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).