KBRN, Merauke: Kesenangan bercampur rasa sedih terlihat dari raut wajah atlet Sumatera Utara, Juwita Niza Wasni usai tampil di nomor lomba cabor wushu pada Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX Papua.
GOR Dispora Merauke menjadi saksi sejarah bagi atlet berusia 25 tahun itu. Usai pertandingan bola mata Niza tampak berkaca-kaca. Atlet berparas cantik itu berdiri sambil melambaikan tangan ke arah para penonton yang memenuhi GOR Futsal Dispora Merauke, Papua. Niza pun kemudian memberi salam hormat dengan sedikit membungkukan badannya. Tidak biasa, karena disinilah, di tanah cenderawasih atlet peraih medali emas Asian Games 2014 ini mengakhiri karirnya sebagai atlet.
Niza saat ditemui mengakui aksinya di PON Papua punya arti dan kenangan tersendiri. “Ini adalah penampilan terakhir saya setelah empat belas tahun sebagai atlet bang. Saya bersyukur sekali, mengakhiri karir dengan manis, menyumbangkan medali emas bagi Sumut di PON Papua,” jelas anak bungsu dari lima bersaudara, Minggu (3/10).
Selama menjadi atlet, buah hati pasangan Wasit Amin dan Zainab ini telah mengukir sejumlah prestasi membanggakan baik bagi daerah maupun Indonesia. Di ajang SEA Games, ia mempersembahkan tiga emas dan satu perak, yakni SEA Games Myanmar Tahun 2013, Singapura 2015 dan Malaysia 2017. Selain itu ia juga mempersembahkan medali emas di Asian Games Incheon 2014 dan juara Dunia Wushu 2015.
“Saya berharap, raihan medali emas ini bisa membahagiakan semua pihak, baik keluarga, Pengprov WI Sumut, KONI Sumut dan juga Master Supandi Kusuma yang sangat baik dan berjasa padanya,” ujar Niza.
Sebelumnya Niza bertanding dan menjadi yang terbaik di nomor kombinasi Nanquan dan Nan Dao PON XX/2021 Papua, Jumat lalu. Niza berhak mendapat medali emas setelah meraih total poin tertinggi, 19.37 poin. Emas yang dipersembahkan Niza adalah yang kedua bagi Sumut.
Alumni Fakultas Ekonomi UMSU ini mengaku, perjuangannya untuk mendapatkan emas PON Papua sangat berat. Niza bahkan sempat khawatir, tidak bisa turun bertanding usai pemulihan operasi lutut. "Sesungguhnya saya masih merasakan sakit pasca operasi lutut di Australia 2019 lalu.Bahkan dua bulan sebelum ini saya masih belum kuat untuk melakukan lompatan," ujar Niza seyara menyebutkan kalau PON tidak ditunda ke 2021, mungkin ia tidak bisa turun bertanding.
"Karena ini memang penampilan terakhir, saya tepikan semua rasa sakit. Saya tampil habis habisan.Saya ingin memberi yang terbaik.Alhamdulillah doa kita semua dikabulkan Allah," kata Niza.
Meski pensiun sebagai atlet, tapi Niza menyebutkan bukan berarti ia total meninggalkan wushu. Niza berharap ke depannya bisa berkarir sebagai pelatih sembari menjalankan profesinya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Saya mohon maaf kepada semua pihak kalau ada salah-salah, dan saya juga berterima kasih atas semua atensi dan dukungan yang diberikan selama ini," kata Niza. (Joko Saputra/imr)
Pewarta: Joko Saputra
Editor: Nugroho
Sumber: RRI