Wasit pun mengajukan aba-aba bagi lifter untuk mengangkat, aroma suasana harap-harap cemas begitu terasa. Tegang.
Kali ini giliran Agit Solihin yang mendapat giliran untuk melakukan angkatan deadlift, seandainya ia berhasil mengangkatnya, maka Agit akan memiliki catatan angkatan yang semakin mengungguli para pesaingnya di angkat berat kelas 120 kilogram putra.
Pada akhirnya beban itu gagal ia angkat. Namun secuil noktah itu bukan masalah bagi penampilan Agit pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024. Dengan total angkatan 940 kilogram, Agit adalah yang terkuat di kelasnya dan berhak memboyong medali emas.
Mendapat medali emas, dielu-elukan orang, atau menghadiri jumpa pers mungkin tidak pernah ada dalam benak Agit sekira lima tahun silam. Agit saat itu masih merupakan anak seorang kuli bangunan, yang membantu orang tuanya mengangkut pasir dan berbagai material bangunan.
Sastrawan Rusia Leo Tolstoy pernah menulis cerita pendek yang judulnya jika diterjemahkan berarti “Tuhan tahu tapi ia menunggu.” Mungkin itu juga yang terjadi pada Agit pada 2018, dalam suatu kesempatan, Agit dipertemukan dengan sosok yang akan menjadi pembuka jalan untuk dia menggeluti dunia baru, dunia angkat berat.
“Saya masih sekolah, lagi kerja, angkut pasir gerobak, nah ketemu sama pelatih saya, Pak Gunawan. Dari situ saya diambil, “kamu mau gak jadi atlet angkat berat? Sudah ikut saja”,” papar Agit saat ditemui usai pertandingan, Kamis.
Gunawan yang dimaksud adalah pelatih angkat berat Persatuan Angkat Berat Seluruh Indonesia (Pabersi) Pengurus cabang Kuningan. Ia merasa Agit memiliki potensi yang bagus untuk dapat berprestasi di olahraga ini.
Jalan ninja
Agit mengakui awalnya bingung dengan olahraga itu. Rasa malas dan bosan pun sempat melanda, terutama setelah badannya mulai terasa sakit-sakit akibat melahap banyak sesi latihan. Menu latihan rutin sebanyak sepuluh porsi setiap pekan jelas bukan hal yang menyenangkan bagi seorang remaja, terlebih karena ia sebelumnya tidak pernah aktif secara serius dalam satu cabang olahraga.
Namun keberhasilan menjuarai ajang Kejuaraan angkat berat Jawa Barat hanya sekira delapan bulan setelah ia mulai berlatih serius, membuat Agit semakin merasa kalau angkat berat adalah jalan ninjanya.
Setelah penampilan debutnya yang cukup bagus, Agit semakin bersinar sebagai lifter angkat berat. Ia kemudian naik level ke Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) pada 2022. Sebagaimana dapat diprediksi, ia pun menyabet medali emas di ajang tersebut.
Agit lantas berhak mengikuti babak kualifikasi PON 2023 di Lampung pada November 2023.
Bagai kuda yang baru dilepaskan dari kandangnya, Agit semakin sulit dihentikan. Ia menyabet medali emas di ajang tersebut untuk memastikan dapat berlaga pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 yang merupakan debutnya di pesta olahraga multi cabang level nasional.
Baca juga: Angkat berat-Agit Solihin langsung raih emas pada PON perdananya
Selanjutnya: Bukan tanpa masalah
Bukan tanpa masalah
Raihan medali emas Agit pada PON Aceh-Sumut bukan tanpa kendala. Sebagaimana yang kerap terjadi di kalangan atlet, Agit sempat mengalami cedera cukup serius pada bagian dadanya, yang menyulitkannya melakukan angkatan bench press.
Berbagai upaya dilakukan Agit untuk memulihkan cedera tersebut, tetapi faktor mental jugalah yang akhirnya menjadi penentu.
“Alhamdulillah saya bisa maksimal di bench press saya. Ada dua bulan kurang lah (sakitnya), ya saya dari situ sudah berobat sana-sini ya percuma lah, tidak ada efeknya. Dipijit sudah, enak. Yang terpenting saya melawan rasa sakit itu. Ngapain mental juara kalah sama rasa sakit. Keinginan saya lebih besar daripada rasa sakit,” ucap Agit.
Saat bertanding, Agit merupakan sosok yang tidak melihat siapa lawan yang dihadapi ataupun berapa catatan angkatan para pesaingnya. Agit lebih memilih fokus kepada dirinya sendiri.
“Hal yang terpenting dalam pikiran saya itu, intinya harus yang terbaik di platform tersebut, harus bisa melawan diri sendiri. Tidak perlu melihat lawan berapapun, yang penting saya mengangkat apapun yang dikasih pelatih ya sudah saya angkat,” ujar Agit.
Medali emas yang diraih Agit merupakan medali emas kesembilan yang didulang Jawa Barat dari angkat berat pada PON Aceh 2024, tetapi menurutnya kesuksesan itu dapat terwujud karena adanya tim kepelatihan, mitra latihan, bahkan mekanik tim yang hebat. Agit sama sekali tidak mengambil kredit untuk dirinya sendiri.
Kini jalan bagi Agit untuk berkiprah di angkat berat sudah terbuka lebar. Doa orang tua, dan tekad untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada orang-orang tercinta menjadi pemicu utama bagi Agit untuk terus mengukir prestasi.
“Alhamdulillah orang tua saya mendukung, ya karena latar belakang orang tua saya juga secara ekonomi kurang, dari situ saya punya cambukan tersendiri, saya harus semangat, saya harus bisa karena ada keluarga yang harus saya biayai, adik-adik saya terutama. Saya tidak mau kalah, yang penting saya sudah berjuang memberikan yang terbaik,” yakin Agit.
Baca juga: Inilah perbedaan mendasar angkat besi dan angkat berat
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Junaydi Suswanto
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).