ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • Asa Aceh lahirkan pebulu tangkis hebat setelah PON 2024

Asa Aceh lahirkan pebulu tangkis hebat setelah PON 2024

20 September 2024 13:47 WIB
Asa Aceh lahirkan pebulu tangkis hebat setelah PON 2024
Pebulu tangkis ganda putri Aceh Mutia Dita Ainul Baroroh (dua dari kanan)/Rista Berlian Maharani (dua dari kiri) berpose bersama medali perunggu Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Kamis (19/9/2024). (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)
Medan (ANTARA) - Di antara tim-tim besar yang masuk semifinal bulu tangkis perseorangan pada PON Aceh-Sumut 2024 di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Rabu lalu, ada satu provinsi di luar Pulau Jawa menyempil.

Adalah tuan rumah PON 2024, Aceh, yang menyempil itu, melalui ganda putri Mutia Dita Ainul Baroroh/Rista Berlian Maharani yang mencoba mengusik dominasi  Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta, yang merupakan provinsi-provinsi unggulan dalam cabang olahraga ini.

Meski ujungnya berakhir dengan kalah 16-21, 19-21 dari ganda putri Jawa Timur, Bernadine Anindya Wardana/Velisha Christina, prestasi mereka sungguh membanggakan bagi bulu tangkis Aceh.

Apalagi, perjalanan Mutia/Rista diawali dengan kejutan ketika mereka menumbangkan unggulan keempat, pasangan Jawa Timur  Dwi Nur Septiani/Nadia Marshela Putri dengan 21-14, 21/15 pada babak 32 besar.

Mutia/Rista mendapatkan perunggu bersama dan ini adalah sejarah bagi bagi Serambi Mekkah  karena untuk pertama kali meraih medali bulu tangkis PON.

Satu tahun sebelumnya, juga atas nama Mutia/Rista, Aceh mencetak sejarah dengan membawa pulang medali pertamanya dari kejuaraan nasional bulu tangkis, ketika mendapatkan medali perunggu dalam Kejuaraan Nasional 2023 pada nomor kategori ganda dewasa putri.

“Bangga banget ya. Apalagi aku ini kayaknya kedua kali bikin sejarah. Pertamanya kita berdua di Kejurnas. Itu salah satu medali pertama bulu tangkis di tingkat nasional,” kata Mutia, gadis kelahiran Meulaboh, Aceh Barat, kepada ANTARA di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Rabu (18/9).

Kebanggaan juga diutarakan oleh Rista. Meskipun asalnya dari Banjarnegara, Jawa Tengah, dia sangat senang dapat membantu Mutia mengharumkan nama Aceh dalam bulu tangkis PON 2024.

Baca juga: Di balik emas kedua Jabar yang disumbangkan ganda putra

Keduanya sudah bersahabat sejak 2015, tepatnya saat mengikuti audisi umum Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum.

"Enggak canggung karena aku sama dia kan juga temenan dekat kan. Jadi lebih enak dan paham," jelas Mutia.

Pelatih bulu tangkis Aceh Fadhlul Hadi yang merupakan warga asli Serambi Mekkah menyebut hasil ini tidak terlalu memuaskan.

Namun demikian, ini pencapaian terbaik karena anak-anak asuhnya ini sanggup  mengganggu persaingan antarpebulu tangkis  dari Pulau Jawa.

Apalagi, dalam semifinal, Mutia/Rista juga tak kalah jauh dari Bernadine/Velisha.

"Di luar Jawa, apalagi Sumatera, Aceh perwakilan. Alhamdulillah, puji syukur. Yang terbaik untuk Aceh. Udah dikasih yang terbaik. Saya juga melihat permainan tadi juga berimbang, enggak jauh-jauh kali," kata Fadhul.

Dua tahun mengharumkan nama Aceh dalam bulu tangkis nasional membuat Fadhul tak ingin menyia-nyiakan momentum ini.

Baca juga: Ardita/Titis sangat bangga raih medali emas sebagai orang asli Jateng

Ia berharap, prestasi ini mengiinspirasi anak-anak di Aceh untuk bergerak melahirkan “Mutia/Rista" yang baru.

Terlebih, Mutia/Rista kemungkinan besar tak dapat mewakili Aceh dalam PON empat tahun mendatang di Nusa Tenggara Barat dan di Nusa Tenggara Timur apabila regulasi U-21 tahun ini kembali diterapkan.

Empat tahun lagi, usia Mutia/Rista sudah menginjak 25 tahun.

“Ya harapan pasti ada. Apalagi dengan adanya sekarang sudah meningkat kan kemarin Aceh juga semifinal di Kejurnas. Ini masuk semifinal di PON. Prestasinya jauh lebih baik dari sebelumnya,” jelas Fadhlul.

Ditambah, langkah Aceh pada PON NTB-NTT 2028 juga akan melalui fase awal kualifikasi  PON, tidak seperti tahun ini yang mendapatkan kesempatan bermain langsung dalam putaran final karena menjadi tuan rumah.

“Ke depannya semoga nantiadik-adiknya bisa menjadi motivasi,” ucap Fadhlul.

“Minimal bisa gabung PON nanti di NTB-NTT,” lanjutnya.

Baca juga: Klasemen akhir medali bulu tangkis PON 2024: Jateng juara umum

Berharap fasilitas di Aceh kian memadai

Tidak hanya mendamba munculnya pebulu tangkis hebat, Fadhlul Hadi juga berharap momentum PON Aceh-Sumut 2024  memicu perhatian pemerintah daerahanya dalam  memperbaiki fasilitas dan gedung olahraga (GOR) bulu tangkis di Aceh.

Fasilitas yang memadai menjadi salah satu penunjang bagi perkembangan atlet semasa pembinaan.

Dengan kata lain, kehadiran sarana dan prasarana yang baik akan memberi dampak signifikan bagi atlet sehinggap prestasi mereka semakin tinggi.

Mutia Dita Ainul Baroroh mengungkapokan ada lima GOR di kotanya, di Meulaboh. Dulunya hanya dua, sebelum ia masuk klub Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum pada 2015.

Untuk fasilitas di dalamnya, kata Mutia, GOR di kotanya belum berstandar nasional.

“Dulu sebelum ke Djarum ada dua, sekarang sudah lima. Kalau standar nasional belum (bisa digunakan). Tapi kalau buat pertandingan-pertandingan yang enggak resmi, bisa,” papar Mutia.

Selain fasilitas GOR, Aceh juga  minim sekali kejuaraan-kejuaaran untuk bulu tangkis.

Hal itu membuat bakat atlet tidak terasah dengan baikk, karena  -pengambilan keputusan, pematangan teknik, dan kekuatan mental tidak ditemukan dalam sesi latihan, melainkan saat bertanding.

Baca juga: Aurelia Salsabila gantung raket dengan kalung medali perak PON 2024

“Itu penyebab prestasi di sana juga turun. Kan semangat adik-adik kalau enggak ada pertandingan ya ngapain saya latihan,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Aceh masih tertinggal jauh dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa yang terkenal banyak menghasilkan pebulu tangkis nasional dan  dunia.

Hal ini juga yang mendasari Fadhlul melakukan persiapan untuk PON 2024, dengan mengambil tempat di Jakarta,  selama tiga bulan.

Selain karena fasilitas yang memadai, di Jakarta Mutia/Rista mendapatkan banyak lawan tanding berkualitas bagus.

Namun, ini tentu bukan pilihan yang tepat karena jika terus-terusan dilakukan akan membuat biaya bengkak karena jarak dari Aceh ke Jakarta jauh sekali, 2.385 kilometer.

“Pertandingannya juga di sana. Jadi,  kita sebelum PON bisa uji dulu kemampuan latihan ini sejauh mana,” ujar Fadhlul.

Dengan pertimbangan ini, jika mau menjadi atlet hebat yang dapat bersaing pada skala nasional dan internasional, Mutia yang asli  ureung Aceh menyarankan anak-anak di sana agar keluar dari daerahnya demi mendapatkan ilmu terbaik.

“Buat adik-adik atletnya, semangat. Semoga termotivasi. Cuman kayaknya kalau misalnya mau bersaing ke tingkat nasional, emang harus keluar dari Aceh,” tutupnya.

Baca juga: Richie menangkan duel "All Jateng Final" tunggal putra bulu tangkis

Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Jafar M Sidik
Sumber: ANTARA