Suasana gembira mestinya melingkupi suasana hati Eti saat ia naik ke podium. Namun yang terjadi justru sebaliknya karena saat dikalungi medali, Eti terisak-isak.
Ternyata kegembiraan Eti bercampur rasa sedih. Pasalnya, kesuksesan dia meraih medali perunggu di PON perdananya membuat ia teringat dengan almarhum kakak kandungnya, Setia Ningsih.
“Saya ikut ke sini (olahraga angkat berat) karena kakak saya, tapi dia sudah meninggal. Saya bisa ikut ini karena dia, dia membawa saya kan. Jadi cuma iseng pertamanya kan, terus ikut, setelah saya ikut, dia waktu itu kelas 84 plus tapi meninggal tahun 2021,” kata Eti saat ditemui usai perlombaan.
Memori mengenai masa-masa kerasnya menjalani latihan, mengatasi bosan dan jenuh, serta kata-kata pembangkit semangat dari Setia Ningsih segera berkecamuk di benak Eti saat di podium juara.
“Dia itu bilang selalu semangat, jangan pernah patah semangat, ayo kamu bisa. Pasti kayak gitu dia. Bahkan setiap mau tanding, dia selalu bilang, semangat ya, kamu yakin ya,” ujar Eti mengenai kakaknya yang meninggal dunia karena COVID-19.
Sumbangan medali perunggu dari Eti merupakan koleksi medali ketiga dari cabang angkat berat bagi tim Kalimantan Timur. Sebelumnya, Widari telah menyumbangkan medali emas dari kelas 49 kilogram putri dan Sri Rahayu Ningsih meraih medali perunggu dari kelas 76 kilogram putri.
Baca juga: Angkat berat - Fitria Martiningsih lengkapi dominasi Jawa Barat
Baca juga: Jawa Barat juara umum angkat berat dengan sembilan medali emas
Baca juga: Asep Nurdin bisa hattrick bukan karena kuat tapi karena bantuan Allah
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).