ANTARA

  • Beranda
  • Berita
  • "Susi Susanti" di dalam diri Sausan Dwi Ramadhani

"Susi Susanti" di dalam diri Sausan Dwi Ramadhani

20 September 2024 20:43 WIB
"Susi Susanti" di dalam diri Sausan Dwi Ramadhani
Pebulu tangkis tunggal putri Jawa Tengah Sausan Dwi Ramadhani meluapkan kegembiraan usai memenangi final Bulu Tangkis Tunggal Putri PON XXI Aceh-Sumut di Gedung PBSI Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara (Disporasu), Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis(19/9/2024). Sausan Dwi Ramadhani berhasil meraih medali emas usai menang skor 21-17, 21-18. (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)
Medan (ANTARA) - "Saya selalu ingat sebelum bola jatuh jangan pernah menyerah"

Itu adalah kata-kata yang diucapkan legenda bulu tangkis Indonesia Susi Susanti yang selalu diingat dan dibawa Sausan Dwi Ramadhani kemana-mana. Kata-kata itu muncul saat Sausan dan Susi bertemu di PB Djarum.

Kata-kata itu juga yang selalu menjadi penyemangat Sausan ketika sedang di bawah, ketika kalah dalam beberapa pertandingan final perorangan, termasuk di Sirkuit Nasional (Sirnas).

Sausan selalu membawa semangat yang ditularkan Susi untuk tidak menyerah walaupun gagal berkali-kali.

Pengalaman pahit di final menjadi kekuatan Sausan dan pada akhirnya setelah melalui penantian panjang, Sausan meraih medali emas pertamanya saat ia juara di tunggal putri Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.

Emosinya meluap-luap. Keduanya tangannya mengepal ke atas dengan senyum sangat lega di raut wajahnya.

"Cerita mungkin, oh ya aku ini tuh setiap kali aku pertandingan dan masuk final aku tuh gak pernah juara satu," kata Sausan yang mengidolai Susi Susanti itu, ketika ditemui ANTARA setelah pertandingan kemarin, Kamis (19/9).
 
Legenda bulu tangkis putri Indonesia Susi Susanti (FOTO ANTARA/Puspa Perwitasari)

"Mungkin setiap misalnya ada Sirnas gitu final kayak selalu kalah, juara dua, juara dua terus. Jadi ini medali emas pertama," tambahnya.

Susi Susanti yang merupakan peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu, menjadi panutan banyak atlet muda tanah air karena perjuangannya mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.

Empat tahun kemudian, Susi juga masih meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996.

Di Olimpiade, orang mengenal dirinya sebagai "pasangan emas" karena suaminya, Alan Budikusuma, juga meraih medali emas di Olimpiade Barcelona 1992.

Selain prestasi di Olimpiade, wanita kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat itu juga pernah memenangkan All England sebanyak empat kali, World Badminton Grand Prix Finals sebanyak enam kali, World Championship satu kali, dan Piala Dunia sebanyak enam kali.

Baca juga: Susi Susanti Berencana Dirikan Sekolah Bulutangkis

Selanjutnya: Prestasi ini membuatnya
Prestasi ini membuatnya membuatnya gantung raket pada 1998 dengan titel pebulu tangkis wanita yang memegang gelar tunggal putri Olimpiade, Kejuaraan Dunia, dan All-England secara bersamaan.

Deretan prestasi ini juga membuatnya masuk BWF Hall of Fame pada 2004, penghargaan individu pada sosok pebulu tangkis berpengaruh.

Di Indonesia, ia bersanding dengan Rudy Hartono, Dick Sudirman, Christian Hadinata, Liem Swi King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Ricky Soebagja, Rexy Mainaky, dan Liliyana Natsir yang juga mendapatkan penghargaan ini.

Sausan mendapatkan emas setelah mengalahkan wakil Jawa Timur Aurelia Salsabila yang merupakan seniornya semasa di Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum dengan dua gim langsung 21-17, 21-18.

Teriakan-teriakan yang dilakukan Aurelia di lapangan untuk mengganggu konsentrasi Sausan juga tidak mempan karena pebulu tangkis asal Depok, Jawa Barat itu hanya fokus pada dirinya sendiri.
Pebulu tangkis Jawa Tengah Sausan Dwi Ramadhani mengembalikan kok saat bertanding melawan pebulu tangkis Jakarta Kavitha Nadjwa Aulia pada semifinal bulu tangkis beregu putri PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Gedung PBSI Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara (Disporasu), Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (11/9/2024). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa/am.

Di lapangan, ia tanpa pandang bulu melawan lawannya. Ketika bermain, fokusnya hanya keluar sebagai pemenang.

"Sebelum main sama pelatih juga dibilang, meskipun dia senior tapi di dalam lapangan tetep dia lawan kamu, jadi jangan sungkan-sungkan buat ngabisin," ucap Sausan.

Mental Sausan di PON 2024 cukup teruji. Ini akan menjadi modal bagus untuk dirinya menatap turnamen terdekat, World Junior Championship (WJC) atau Kejuaraan Dunia Junior BWF 2024 di Pusat Olahraga Internasional Nanchang, China pada 30 September sampai 13 Oktober.

Selain ada "Susi Susanti" di dalam dirinya, peran pelatih dan orang tua, serta berdoa kepada Tuhan menjadi kunci penantian panjang Sausan meraih medali tertinggi.

"(Sebelum final) Berdoa, minta masukan dan ngobrol-ngobrol sama pelatih juga. Terus paling penting sih telepon orang tua minta doanya. Dinasihatin juga besok mainnya gini-gini," jelas Sausan.

Baca juga: Sausan Dwi persembahkan emas kelima bulu tangkis untuk Jawa Tengah

Selanjutnya: Ditolak PB Djarum
Ditolak PB Djarum

Awal Sausan Dwi Ramadhani berkenalan dengan dunia bulu tangkis adalah saat dirinya masuk kelas 1 Sekolah Dasar (SD).

Saat itu, bulu tangkis dikenalkan oleh ayahnya yang kerap bermain bulu tangkis bersama teman-temannya. "Dari awal ikut bulu tangkis sukanya ikut papa sih main-main. Papa kan suka main, pulang malam. Itu kelas 1 SD mungkin".

Pada tahun 2016, ia mendaftar ke klub bulu tangkis kenamaan, PB Djarum. Namun, percobaan pertamanya ternyata mendapatkan penolakan dari klub bulu tangkis yang berada di Kudus, Jawa Tengah tersebut.

"Jadi waktu 2016 saya pernah seleksi juga terus gak diterima, mungkin sampai babak penyisihan kali ya," jelas pebulu tangkis 18 tahun itu.

Penolakan itu sempat membuat Sausan sangat kecewa. Ia tidak mau lagi mendaftar di PB Djarum.
Pebulu tangkis tunggal putri Jawa Tengah (Jateng) Sausan Dwi Ramadhani berpose dengan medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 setelah memenangi duel final melawan wakil Jawa Timur (Jatim) Aurelia Salsabila dengan skor 21-17, 21-18 di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Kamis (19/9/2024). (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)
Namun, ternyata hidup berkata lain. Takdirnya dengan PB Djarum baru berjodoh dua tahun setelahnya. "Cuma main-main doang, cuma bawa baju 3-4 biji. Eh ternyata lolos di 2018".

Jika Susi Susanti merantau dari Tasikmalaya ke Jakarta untuk klub Jaya Raya pada usia 14 tahun, Sausan merantau dari Depok ke Kudus di usia 12 tahun.

Enam tahun di PB Djarum, Sausan menjelma atlet muda potensial yang dimiliki Indonesia setelah melalui perjuangan keras pantang menyerah.

Dengan usia yang masih muda, setelah emas di PON 2024, dirinya masih dapat berkembang lebih pesat lagi.

Panggung bulu tangkis lebih tinggi, mulai Asia Tenggara, Asia, dan dunia sedang menanti. Bukan tidak mungkin, Sausan akan menjadi penerus Susi Susanti yang mengharumkan Merah Putih dengan emas Olimpiade pada nomor tunggal putri.

"Mungkin karena saya suka juga badminton jadi kayak termotivasi buat coba lagi. Jadi kayak kayak mau menyerah di bulu tangkis juga," jelasnya.

Baca juga: Kavitha, Dhinda, dan Sausan melaju ke babak kedua BAJC 2024

Selanjutnya: Jalur masuk pelatnas
Jalur masuk pelatnas

Sausan Dwi Ramadhani menyambut baik rencana jalur masuk pebulu tangkis menuju pelatihan nasional (pelatnas) yang akan diubah oleh Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Fadil Imran.

Saat Fadil hadir pada pertandingan final bulu tangkis nomor perorangan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Kamis (19/9), ia mengatakan "Ke depan rencana saya sebagai Ketua Umum PBSI terpilih, kita akan merubah regulasi. Bahwa rekrutmen atlet pelatnas itu tidak hanya dari seleknas yang diadakan di akhir tahun. Bisa dari talent scouting, pemandu bakat, pengembangan daerah melihat".

Rencana ini akan membuat jalur masuk pelatnas tidak lagi hanya dari seleksi nasional (nasional) yang diselenggarakan pada awal tahun.

Harapannya, akan muncul bibit-bibit pebulu tangkis potensial yang mungkin saja tidak tercium radar nasional.
Pebulu tangkis Jawa Tengah Sausan Dwi Ramadhani (kedua kiri) melakukan selebrasi bersama rekan setimnya setelah mengalahkan pebulu tangkis Jawa Barat Kanaya Anisya Putri pada final bulu tangkis beregu putri PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Gedung PBSI, Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara (Disporasu), Medan, Sumatera Utara, Kamis (12/9/2024). Jawa Tengah meraih medali emas setelah menang atas Jawa Barat dengan skor 3-0. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.
Di sepak bola, ini kerap dilakukan Indra. Pelatih asal Batang Kapas, Sumatera Barat itu sebagai pelatih gemar pergi ke daerah-daerah untuk mencari pesepak bola berbakat yang tidak terpantau.

Menurut Sausan, regulasi baru ini akan menguntungkan semua atlet, termasuk dirinya. Hal ini dikarenakan akan banyak atlet yang bisa masuk pelatnas di tahun yang sama.

"Berarti banget lah pasti. Apalagi Seleknas itu, sebelum-sebelumnya kan cuma Seleknas doang. Dan masuknya cuma satu orang. Jadi meskipun ini ada tambahan itu sangat berarti banget buat temen-temen lain juga," kata dia.

Rencana ini, kata Fadil, agar jalur masuk pelatnas menjadi lebih merata, sehingga atlet-atlet potensial yang gugur di seleknas karena beberapa faktor, dapat tetap menghuni pelatnas dengan jalur masuk lain.

Melalui sistem baru nanti, kata Fadil, hal ini juga semakin mendorong PBSI di tiap provinsi untuk bekerja keras mengembangkan atlet-atlet di daerahnya masing-masing.

Baca juga: Tanpa atlet pelatnas, PBSI harap PON lahirkan pebulu tangkis andal

Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Junaydi Suswanto
Sumber: ANTARA