"Ini event pertama saya mengikuti para balap sepeda. Awalnya saya terdaftar di NPC di cabang olahraga catur," katanya di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Sempat memiliki prestasi baik di cabang olahraga catur, sejak empat bulan lalu ia memutuskan pindah ke cabang olahraga para balap sepeda.
"Awalnya saya kenal ya dari teman-teman tunanetra juga. Sempat diajak judo, catur, atletik. Sebelumnya saya pernah dapat emas di catur, selanjutnya sempat pindah di judo dan atletik tapi hasilnya kurang bagus. Setelah ada seleksi para balap sepeda alhamdulillah diterima," katanya.
Baca juga: ISSI: Peparnas 2024 acuan provinsi tingkatkan para-balap sepeda
Ia menceritakan awal kehilangan penglihatan di mata kanan pada usia 8 tahun akibat terkena benturan bola tenis. Selanjutnya, pada usia 11 tahun ia kehilangan penglihatan mata kanan akibat kecelakaan.
Sementara itu, pada Peparnas kali ini ia dipiloti oleh Mufti Fadhilah Salma. ia mengaku sudah enam tahun menjadi atlet sepeda Indonesia, namun baru empat bulan ini menjadi pilot bagi para atlet.
Ia mengaku tidak asing dengan dunia olahraga bagi penyandang disabilitas mengingat ia sudah mengikuti jalannya pertandingan pada APG 2018.
Baca juga: NPCI: Indonesia butuh kejuaraan nasional para-balap sepeda
"Cuma belum pernah coba, belum pernah merasakan jadi pilot," katanya.
Bersama dengan Fathurahmat, ia sempat terhambat ketika membangun kedekatan diantara mereka. Meski demikian, saat ini mereka mampu mempersembahkan emas bagi Provinsi Jawa Barat.
"Awalnya hambatan di chemistry. Menyatukan chemistry itu saya yang perlu dibangun. Apalagi kalau ketemu jalan belok, memang cobaan terberat di situ. Yang saya salut dengan Fathurahmat adalah dia meski full blind tapi bisa mengimbangi pilot, itu luar biasa," katanya.
Baca juga: Puluhan murid SD antusias lihat lomba para-balap sepeda Peparnas 2024
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Junaydi Suswanto
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).