Saat itu, ada sembilan orang, masing-masing enam putra dan tiga putri sudah mengambil posisi di atas matras, kemudian melakukan gerakan-gerakan ringan.
Ada yang berlari-lari kecil, ada yang melompat-lompat tidak tinggi, ada juga yang mengangkat kakinya bergantian.
Baca juga: Tim wushu Jatim targetkan lima medali emas di PON Papua
Tidak lama, mereka melengkapi persiapan dengan membawa pedang dan golok yang lentur, serta toya atau tombak.
Mereka adalah atlet-atlet wushu andalan Jawa Timur, yang saat itu sedang melakukan latihan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX yang akan berlangsung di Papua.
Salah seorang di antaranya adalah Seraf Naro Siregar, atlet kelahiran Surabaya, 17 September 2001.
Namanya melambung saat mempersembahkan medali emas pada ajang SEA Games 2019 di Filipina.
Naro, sapaan akrabnya, saat itu tampil bersama Edgar Xavier Marvelo dan Haris Horatius yang sudah berlatih cukup selama di Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas).
Bahkan di tahun sama, dengan kekuatan tetap di nomor beregu, ketiganya sukses membawa pulang medali emas dari ajang kejuaraan dunia Wushu di China.
Baca juga: Edgar Marvelo sebut vaksin COVID-19 berpengaruh terhadap mental atlet
"Puji Tuhan saat itu saya bersama Edgar dan Haris bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Sekarang saatnya berusaha melakukan sama untuk Jawa Timur," ujarnya ditemui usai berlatih.
Di usianya sekarang ia bertekad untuk membanggakan keluarga, dan membuktikan bahwa tak salah memilih wushu sebagai olahraga yang digelutinya.
"Saya memang awalnya masuk wushu karena disuruh orang tua, lalu masuk klub di Sasana Yasanis Surabaya tahun 2010. Jadi hanya ikut-ikutan latihan, bahkan adik saya (Pingkan) lebih duluan naik kelas," ucapnya.
Tapi, lama-kelamaan ia mulai jatuh cinta dan tak ingin kalah oleh adiknya sehingga memiliki tekad berprestasi lebih dengan cara berlatih lebih serius.
Hingga akhirnya, tiga tahun kemudian prestasi berdatangan, dimulai dari Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Yunior di Yogyakarta tempat ia meraih medali perak.
Kemudian, deretan prestasi lainnya mengikuti, antara lain di ajang wushu internasional di "Jepang Open" dan "Malaysia Open" yang sama-sama sukses merengkuh medali emas.
Baca juga: Jambi incar satu emas wushu dari PON Papua
Debut
Ajang PON 2020 adalah debut bagi Naro. Ia belum pernah sekali pun tampil pada ajang olahraga terbesar di Tanah Air tersebut karena alasan usia.
Sekarang ini, di saat usianya yang bulan ini tepat 20 tahun dan masuk ke tim senior, Naro memiliki kesempatan untuk membuktikan prestasinya.
Apalagi, putra pasangan Tigor Parlindungan Siregar dan Nanik Agustin tersebut harus menghadapi rekannya di Pelatnas, yang dua tahun lalu membawa harum nama bangsa.
"Saya harus berhadapan dengan Edgar. Ini adalah tantangan sekaligus kehormatan bagi saya bisa melawan teman di Pelatnas. Di kompetisi kami harus bersaing, tapi di luar arena kami adalah teman," tutur alumnus SMA Negeri 9 Surabaya tersebut.
Karena baru turun kali pertama, ditambah harus tampil di nomor tunggal, Naro tak menargetkan medali pada ajang empat tahunan yang tahun lalu tertunda akibat pandemi COVID-19 tersebut.
Namun, ia enggan menjadikannya alasan untuk tak berprestasi. Di PON nantinya, ia berkomitmen tampil semaksimal mungkin demi membawa nama baik Jawa Timur.
Naro nanti akan tampil di empat kelas, yaitu tangan kosong, golok, toya dan beregu yang berpasangan dengan Muhammad Daffa.
"Ada peluang meraih tiga medali (golok dan toya satu medali). Kami mohon doa restu untuk dapat menampilkan yang terbaik di Tanah Papua," tukas Nora, yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa jurusan hukum semester tiga di Universitas Surabaya.
Baca juga: Kontingen Jatim untuk PON Papua diperkuat 543 atlet
Persiapan Wushu
Pelatih Puslatda Wushu Jatim Sherly Hoediono mengakui atletnya, Seraf Naro, adalah atlet berpotensi yang diharapkan menjadi atlet besar ke depannya.
"Naro kemampuannya besar. Atlet wushu se-Jatim saya rasa dia mempunyai kemampuan paling luar biasa. Tapi yang harus diingat, saingan-saingannya juga luar biasa," ujarnya.
Kendati PON Papua ini adalah kali pertama dan tak ada beban medali untuk Naro, namun Sherly optimistis ia mampu berbicara banyak nantinya, terlebih karena sudah pernah berprestasi di ajang internasional.
"Ia memang turun di nomor tunggal, tidak beregu seperti saat meraih emas di kejuaraan dunia maupun SEA Games. Tapi saat Pra-PON dan Kejurnas, Naro sudah membuktikan kemampuannya," kata eks-atlet andalan Jatim tersebut.
Tim wushu Jawa Timur menargetkan lima medali emas pada perhelatan PON mendatang, dari 12 medali emas yang diperebutkan.
Ia pun mengaku optimistis target tersebut dapat diraih karena persiapan atlet sudah maksimal, ditambah lagi dengan kehadiran pelatih asal China Xiao Hai Dong yang sudah mendampingi tim wushu Jatim sejak PON 2012.
"Tinggal bagaimana anak-anak menyiapkan mental terbaik untuk bertanding," tutur Sherly, yang juga mantan atlet wushu nasional tersebut.
Soal pandemi COVID-19, Sherly mengungkapkan suasana pertandingan akan sangat beda, terutama dari segi persiapan yang dilalui tanpa pemusatan latihan.
Kendati demikian, ia tak ingin menjadikan pandemi sebagai alasan karena seluruh tim atau kontingen dari berbagai provinsi juga mengalami hal serupa.
Tim wushu Jatim yang diperkuat 10 atlet itu nantinya akan bertanding di seluruh materi, termasuk beberapa di antaranya adalah atlet pelatnas.
Sepuluh atlet tersebut terdiri atas enam putra dan empat putri. Keenam atlet putra itu adalah Bobie Valentinus, Seraf Naro Siregar, Muhammad Daffa, William Ajinata, Nicholaus Karanka dan Nico Valentinus. Sedangkan empat atlet putri, yakni Alisya Mellynar, Benedicta Rafaella Karolusia, Natalie Chriselda dan Felda Elvira.
"Nama-nama yang berpotensi meraih medali emas, antara lain Bobie Valentinus, Muhammad Daffa dan Natalie-Rafaella yang tampil di nomor beregu. Tapi, nama-nama lain juga berpeluang meraih medali," kata Sherly.
"Lawan terberat kami adalah DKI Jakarta. Tapi, kami tetap berusaha maksimal, dan anak-anak sudah siap membawa nama baik Jawa Timur," tambahnya.
Cabang olahraga wushu akan dipertandingkan mulai 29 September hingga 3 Oktober 2021 di Kabupaten Merauke, Papua, dan tim Jatim dijadwalkan berangkat pada 25 September.
Baca juga: Gubernur Jatim berpesan agar atlet menyatu dengan masyarakat di Papua
Target juara umum
Pada PON XX yang digelar di Papua, 2-15 Oktober 2021, Kontingen Jawa Timur akan diperkuat 543 atlet dan menargetkan juara umum.
KONI Jatim juga memberangkatkan 161 pelatih beserta tim mekanik yang berjumlah 78 orang.
selain itu, turut mendukung penuh tim sport science, yang terdiri atas ahli psikologi, ahli nutrisi dan gizi, ahli kesehatan serta masseur.
"Kami juga dibantu pendampingan 50 personel pengamanan dari Polda Jatim. Terima kasih kami sampaikan kepada Pak Kapolda Irjen Polisi Nico Afinta," kata Ketua KONI Jatim Erlangga Satriagung.
Pada PON Papua, kontingen Jatim mengikuti 34 dari total 37 cabang olahraga yang dipertandingkan.
Pemberangkatan kontingen Jatim akan dilakukan secara bertahap mulai 10 September 2021, yaitu sebagian tim satgas. Kemudian pada 12 September dan selanjutnya beberapa hari menjelang penyelenggaraan.
"Apalagi ada sebagian cabor yang dipertandingkan sebelum pembukaan. Yang jelas, seluruh atlet siap memberikan yang terbaik untuk Jawa Timur," kata pria yang juga pengusaha tersebut.
"Urusan bonus tidak dibahas sekarang. Bertanding dulu, berusaha untuk menang, lalu berbicara bonus," tambah Erlangga saat ditanya soal bonus atlet.
PON Papua akan diselenggarakan di empat daerah atau klaster, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Mimika.
Total medali emas yang ditargetkan Jatim pada PON Papua mencapai sekitar 120 keping dan menjadi juara umum. Mereka bertekad memperbaiki prestasi pada PON XIX di Jawa Barat tahun 2016, yang menempati posisi kedua di bawah tuan rumah.
Setelah melalui tahap registrasi, jumlah atlet dari masing-masing KONI provinsi hanya berjumlah 6.144 orang, ditambah dengan atlet tuan rumah 922 orang, sehingga total keseluruhan mencapai 7.066 atlet.
Secara keseluruhan, terdapat 37 cabang olahraga, 56 disiplin cabang olahraga dan 679 nomor pertandingan.
Baca juga: Jawa Timur targetkan juara umum
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Fitri Supratiwi
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).