Atlet berusia 26 tahun ini sebelumnya terlihat membawa foto sang ibu saat menaiki podium tertinggi dari pertandingan judo kelas +78 kg putri hari Kamis.
"Ibu saya meninggal 18 Maret, saat itu saya masih di pelatnas jadi tidak bisa melihat ibu sama sekali. Dia yang memberikan motivasi dan semangat terbesar kepada saya untuk menekuni judo," kata Ayu menceritakan saat ditemui di Kota Timika, Minggu.
Judoka peraih medali perunggu SEA Games 2019 ini mengatakan, sebelum meninggal ibunya pernah mendoakan agar Ayu bisa berlaga di PON Papua meski sudah membela Indonesia di tingkat internasional, namun dia belum pernah menjajal kompetisi nasional antar provinsi ini.
Bagi Ayu, dukungan ibunya terhadap dirinya tak pernah surut dan selalu memberikan semangat meski dalam kondisi terburuk sekalipun.
"Misalnya waktu tangan saya patah di kualifikasi Asian Games (2018), ibu memberikan pilihan ke saya untuk lanjut atau tidak. Meski akhirnya tidak lolos, tapi saya punya kebebasan untuk meneruskan kualifikasi hingga masuk ke babak final," Ayu mengungkapkan.
Ayu yang awalnya hanya melakoni judo sebagai bagian dari ekstrakulikuler SMA, kini bisa membawanya sebagai salah satu jawara Bali dan Indonesia di tingkat internasional.
"Memang bukan ibu yang mengajak saya masuk judo, tapi dukungan dia tak pernah habis. Doanya terwujud tidak hanya sebatas bisa ikut PON, tapi saya sampai bisa mendapat dua medali emas di sini," tuturnya.
Pada perhelatan cabang olahraga judo PON XX Papua pada 29 September-3 Oktober di Kota Timika, Ayu menyabet dua medali emas. Masing-masing dari nomor +78 kg putri dan beregu campuran yang menjadi laga penutup di hari Minggu.
Baca juga: Bali juara umum judo PON Papua dengan enam emas
Baca juga: Bali akhiri judo PON Papua dengan emas keenam dari beregu campuran
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Dadan Ramdani
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).