RRI

PON Papua Bangkitkan Nasionalisme Anak Bangsa

13 September 2021 18:20 WIB
PON Papua Bangkitkan Nasionalisme Anak Bangsa

KBRN, Jakarta: Gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua diyakini akan membangkitkan nasionalisme. 

Gelaran pesta olahraga terbesar nasional itu mampu membangkitkan persatuan dan kesatuan di berbagai pelosok tanah air. 

"Olahraga menjadi salah satu sarana untuk menumbuhkan dan membangun semangat kebersamaan dan persatuan," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang bertema" Bangun Nasionalisme dan Kebersamaan" di Jakarta, Senin (13/9/2021). 

Dalam setiap kompetisi cabang olahraga yang digelar pada PON XX Papua nanti, terdapat nilai positif yang kerap kali dipegang teguh oleh setiap atlet dalam setiap berlaga dalam ajang tersebut. Nilai yang dimaksud adalah menjunjung tinggi sportifitas yang merangsang kebangkitan rasa nasionalisme yang terpendam disanubari generasi penerus bangsa. 

Nasionalisme itu dikatakan Bambang akan bangkit seketika kala atlet yang sedang berlaga di pertandingan yang berlangsung menerapkan nilai di atas. Kemudian, para penonton yang menyaksikan suguhan pertandingan itu juga akan terpengaruhi rasa nasionalisme. 

"Seluruh anak bangsa tanpa memandang suku ras dan agama. Akan bersatu dalam satu pertandingan. Oleh karena itu, peran olahraga ini sangat penting jadi jangan pandang sebelah mata perannya," katanya. 

Menurut dia, membangkitkan nasionalisme paling mudah dilakukan melalui gelaran-gelaran olahraga pada berbagai tingkatan, nasional maupun internasional. 

Karena, dapat dipastikan setiap laga akan memiliki ikatan emosional bagi atlet maupun penontonnya dari pertandingan olahraga itu. 

Disajikannya gelaran olahraga seperti PON Papua, maka internalisasi nilai karakter kebangsaan akan menjadi semakin lebih mudah. Dengan begitu, ancaman-ancaman ideologi lainnya seperti radikalisme dan intoleransi dapat dibatasi pergerakannya di tanah air di masa mendatang. 

"Semangat persatuan sangat mungkin dan lebih mudah masuk dari olahraga," tuturnya. 

Ketua MPR meyakini, apabila pembinaan olahraga yang dilakukan oleh pemerintah beserta pemangku kepentingan terkait efektif. Maka, juga berdampak dalam kemajuan bangsa dan negara kelak di saat Indonesia genap berumur 100 tahun pada 2045. 

Pada tahun itu, bonus demografi yang sebagian besar merupakan generasi penerus bangsa yang berusia muda akan dapat bersaing ketat dengan negara lain. Karena, sejak dini sudah tumbuh rasa nasionalisme yang digaungkan melalui berbagai cabang olahraga tanah air. 

"Bonus demografi ini jadi bonus yang membuat kita naik tingkat naik peringkat, bukan malah sebaliknya," katanya. 

Di sisi lain, capaian olahraga dalam negeri sudah mengalami perbaikan dalam beberapa waktu ke depan. Indikasinya, adalah meningkatnya jumlah medali yang didapatkan oleh Indonesia dalam ajang-ajang olahraga skala internasional. Yang paling baru, adalah capaian cabor bulu tangkis di Paralimpiade 2020 di Tokyo. 

Indonesia berhasil menorehkan medali emas yang selama 41 tahun belakangan belum pernah didapatkan oleh atlet yang berlaga pada cabor itu. Kemudian, prestasi cabor balap mobil yang berhasil mengharumkan nama Indonesia dalam beberapa waktu yang lalu. 

"Saya merasakan terharu dan bangga melihat Sean Gelael juara," imbuhnya. 

Pentingnya hal itu, maka Ketua MPR meminta, pembinaan berbagai cabor dapat dilakukan seoptimal mungkin. Dengan melibatkan sektor swasta yang memiliki kewajiban dalam meningkatkan kualitas cabor.

Melalui kucuran anggaran Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki swasta akan membuat berbagai cabor menjadi lebih baik. Dari segi pembinaan atlet-atlet yang berlaga dalam berbagai kompetisi yang kelak akan diikutinya mendatang. 

Harapannya, pembinaan olahraga yang baik kelak akan membawa harum nama Indonesia di kancah dunia. 

"Dana CSR untuk pembinaan olahraga, saya percaya ini untuk membantu meringankan beban APBN, karena ini tanggung jawab kita bersama swasta," pungkasnya. (Rel) (foto: dok. Antara Foto)

Pewarta: Cecep Jambak
Editor: Bobby Sapulette
Sumber: RRI