"Jadi, walaupun saya ikut olimpiade, tapi saya juga bisa dikalahkan," ujar Diananda saat ditemui di kompleks olahraga Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Senin.
Diananda datang sebagai unggulan pada ajang PON Papua mewakili kontingen Jawa Timur. Tampil pada berbagai ajang internasional membuatnya memiliki jam terbang serta mental bertanding yang lebih baik ketimbang lawan-lawannya.
Kendati demikian, dalam pikiran Diananda, semua atlet yang turun di PON Papua adalah yang terbaik dan mereka terlecut untuk saling membuktikan kualitas.
Dengan begitu, dia pun harus bisa mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki dan menganggap lawan-lawannya setara.
"Kalau dibilang beban (sebagai olimpian) gimana yah, kalau saya sendiri merasanya biasa saja. Prinsip saya sendiri kalau saya udah turun, misalnya saya ikut pertandingan dan menang itu udah, hari itu selesai. Setelah pertandingan itu, saya bukan siapa-siapa," kata dia.
Pada PON Papua, Diananda berhasil menyabet medali emas pada nomor recurve perorangan putri setelah mengalahkan atlet tuan rumah sekaligus kompatriotnya di Pelatnas, Rezza Octavia, lewat pertarungan ketat 6-5.
Ada dua nomor lagi yang akan diikuti Diananda. Ia berharap mampu mempersembahkan yang terbaik, sekaligus sebagai pelepas dahaga di tengah keterbatasan kompetisi imbas pandemi COVID-19.
"Yang dirasakan tahun ini karena pandemi juga, jadi kita minim kejuaraan. Ini lumayan jadi pengalaman yang luar biasa bagi saya," kata dia.
Selain Diananda, olimpian lain yang juga ikut serta dalam PON Papua adalah Arif Dwi Pangestu (D.I Yogyakarta), Alviyanto Bagas Prastyadi (Jateng), dan Riau Ega Agata Salsabila (Jatim).
Selain mereka berempat, ada dua olimpian lain yang juga turun pada PON Papua ini, yakni Muhammad Hanif Wijaya (Jambi) dan Hendra Purnama (D.I. Yogyakarta). Keduanya ikut dalam Olimpiade 2016 Brazil.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Didik Kusbiantoro
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).