Rita mengaku tertular COVID-19 setelah sebelumnya mengikuti kejuaraan Piala Dunia Panjat Tebing di Villars, Swiss sekitar tiga bulan lalu.
Ia pun mengatakan kemungkinan tertular COVID-19 karena kondisi tubuhnya sedang tidak prima, sehingga ia mengalami batuk-batuk serta demam sekitar sebulan dan harus menjalani karantina di Swiss.
Setelah masa karantina itu selesai, ia akhirnya pulang ke Indonesia. Namun di Indonesia, Rita tetap harus mengikuti karantina repatriasi lagi sekitar delapan hari.
"Saat itu saya harus menjalani pemusatan latihan menjelang persiapan PON Papua. Tapi saya harus mengulang lagi semua latihan dari nol selama kurang lebih 2-3 bulan," kata Rita.
Jika dibandingkan dengan atlet lain yang mengikuti pemusatan latihan menjelang PON Papua, ia mengaku sudah banyak ketinggalan dari segi persiapan.
"Ya jelas, memanjatnya jadi berat. Mengulang dari awal latihan, mengulang dari awal," ujar Rita.
Namun semua itu tidak membuat Rita patah arang. Baginya, kesuksesan akan diraih apabila seseorang fokus, semangat dan bekerja keras dalam berlatih.
Ketertinggalan dari segi persiapan masih bisa diupayakan untuk dikejar, kata Rita, asalkan seseorang tidak gampang menyerah.
Baca juga: Desak Made Rita puas raih medali emas panjat tebing pertama kalinya
Kalahkan pemecah rekor
Perempuan berusia 20 tahun itu mengaku puas karena akhirnya mampu meraih medali emas PON untuk pertama kali dalam kariernya, melalui pertandingan final nomor speed world record di Mimika, Papua, Jumat (1/10) lalu.
Rita meraih medali emas setelah mengalahkan Rajiah Sallsabilla dari Banten dalam pertandingan yang berat.
Pada laga semifinal, Rajiah memanjat sangat cepat, bahkan mengalahkan rekor dunia yang diraih oleh Alexandra Mirosław dari Lublin, Polandia di Olimpiade Tokyo 2020. Rajiah mencatatkan waktu 6,74 detik dan mengalahkan catatan waktu Alexandr,a yaitu 6,84 detik.
"Untuk kak Billa sendiri memang luar biasa, pemanjatannya sangat lincah banget. Berulang kali memecahkan rekor," tutur Rita.
Namun Rita sekali lagi menunjukkan bahwa kesuksesan dapat diraih apabila seseorang terus fokus dan menjaga semangat.
Hasilnya pun terlihat, Rita meraih catatan waktu 7,001 detik saat melaju di jalur kedua (Lane B), mengalahkan Billa yang meraih catatan waktu 8,151 detik saat melaju di jalur pertama (Lane A).
Catatan waktu Rita memang tampak semakin baik sejak babak perempat final ketika melawan Mudji Mulyani. Rita mengalahkan Mudji dengan catatan waktu 7,601 detik berbanding 8,617 detik.
Di semifinal, catatan waktunya bertambah baik saat mengalahkan juara dunia panjat tebing nomor speed perorangan putri Aries Susanti Rahayu dari Jawa Tengah.
Rita yang melaju dari Lane B menaklukkan Aries yang melaju di Lane A dengan catatan waktu 7,376 detik berbanding 11,167 detik.
Aries Susanti Rahayu kalah start dari Desak Made Rita Kusuma Dewi yang melaju dengan baik sejak awal hingga sampai ke puncak tebing.
Untuk itu, atlet putri yang lahir 24 Januari 2001 itu pun mengucapkan terima kasih, dan ia mempersembahkan kemenangan itu kepada seluruh masyarakat Bali yang sudah ikut mendoakan dan mendukungnya hingga saat ini.
"Untuk masyarakat Bali, terima kasih banyak atas dukungannya," ungkap Rita.
Baca juga: Atlet panjat tebing Bali Desak Rita sabet medali emas PON
Sementara itu, pelatih panjat tebing kontingen Bali Suhardi berharap emas pertama itu akan menjadi motivasi tambahan bagi Rita yang akan bertanding kembali untuk merebut medali emas lainnya dari nomor combine.
Ia mengatakan Pengurus Provinsi (Pengprov) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Bali menargetkan tiga medali emas kepada kontingen Bali. Sementara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bali menargetkan dua medali emas.
"Tapi baru dapat satu. Mudah-mudahan yang dua menyusul, dan Desak (Made Rita) sendiri juga akan turun di nomor combine. Mudah-mudahan di combine juga bisa mempersembahkan medali," harap Suhardi
Ia juga berharap pencapaian di PON Papua ini bisa menjadi tolok ukur bagi Rita yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Olimpiade 2024 di Paris.
"Mudah-mudahan ke depan prestasinya bisa terus bersinar. Apalagi dia diproyeksikan untuk Olimpiade. Mudah-mudahan kesehatan, fisik dan semangatnya tetap terjaga sehingga harapan Indonesia pada Desak bisa terwujud di Olimpiade 2024," tandas Suhardi.
Baca juga: PON jadi tolok ukur prestasi atlet panjat tebing ikut kejuaraan dunia
Baca juga: Regu putri panjat tebing NTB terima medali emas dari Menko PMK
Baca juga: Jatim pimpin sementara perolehan medali panjat tebing dengan tiga emas
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Rr. Cornea Khairany
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).