KBRN, Timika: Terbang di atas udara dengan alat kontrol kendali, begitulah tampak terlihat di arena cabang Aeromodelling sebuah pesawat replika yang dikendalikan seorang atlet. Ya, Aeromodeling menjadi satu dari 12 cabor yang dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX, yang berlangsung di Kabupaten Mimika, Papua.
Aeromodelling sendiri dipertandingkan di lapangan SP5 Timika yang sudah dimulai sejak, Senin (4/10/2021). Namun, yang cukup menjadi perhatian adalah harga sebuah replika pesawat yang ternyata tidaklah murah.
Harganya bahkan mencapai ratusan juta lebih.
Ninda, seorang penggemar aeromodelling ditemui di sela-sela pertandingan, Selasa (5/10), kepada RRI mengatakan, harga untuk satu unit pesawat replika tergantung jenis bahan baku dan rakitan.
Untuk pesawat yang didatangkan dari luar negeri seperti Ukraina, bisa mencapai Rp100 juta lebih.
“Ada juga yang F3J yang buatan Indonesia dan luar negeri itu ada yang harganya Rp50 juta bahkan Rp 100 juta,” ujar Ninda.
Sedangkan untuk jenis F1A pesawat replika juga tidak murah. harganya bisa mencapai Rp 30 juta.
“Mahal mas ada yang Rp25 juga ada Rp30 juta,” ujarnya.
Namun, dikatakan Ninda untuk buatan lokal juga ada. Namun secara kualitas bahan masih kalah jauh dari luar negeri.
“Dari Ukraina ada didatangkan, ada juga dari lokal yang buat sendiri. Cuma belum ada yang bisa menyaingi buatan dari Ukraina. Karena lebih presisi dan bahannya ada dari karbon,” akui gadis cantik ini.
Untuk produk lokal dalam negeri, harganya tidak semahal daripada luar negeri. Sebab, rata-rata buatan lokal menggunakan baha dasar dari ayu basah. Namun, harganya tetap tidak murah.
“Kalau yang Indonesia itu bahan baku dari kayu basah itu. Ya rata-rata paling murah Rp8 juta. Itu juga tergantung jenis pesawatnya. Kalo yang panjang bisa sampai Rp15 juta,” bebernya.
Maka, tidak heran jika saat hujan turun perlombaan dihentikan. Karena, replika pesawat Aeromodelling dilengkapi dengan baterai dan juga mesin elektrik.
“Bahan-bahannya itu, kan juga ada elektrik- elektriknya. Ada pakai baterai, jadi kalau kena basah rusak,” ucapnya.
Pewarta: Joko Saputra
Editor: Tegar Haniv Alviandita
Sumber: RRI