Ia memuncaki perolehan medali emas untuk senam artistik putri lewat nomor beregu, serba bisa perorangan, meja lompat, dan juga lantai.
Rifda menjadi sorotan utama, meski begitu rupanya banyak para atlet muda debutan di PON Papua yang muncul dan meraih prestasi membanggakan untuk daerah yang mereka bela.
Berikut beberapa atlet muda putri yang meraih prestasi membanggakan lewat penampilan perdana mereka di PON XX.
Muthia Nur Cahya
Muthia Nur Cahya mendapatkan medali emas untuk penampilan perdananya di PON XX Papua pada kategori senam artistik nomor palang bertingkat.
Ia berhasil mengungguli seniornya seperti Tasza Miranda atlet asal Jawa Timur yang pada PON XIX menyabet medali emas.
Muthia saat ini menginjak usia 19 tahun, ia pun diketahui lulus dari Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan pada tahun lalu.
Saat ini ia menjadi mahasiswa baru di Universitas Negeri Makassar sembari menjalani latihan di Pelatnas Surabaya.
Awalnya ia tak menyangka bisa meraih emas karena di nomor palang bertingkat selain ada atlet senior, ada juga atlet pelatnas lainnya.
Namun akhirnya dengan mengandalkan kepercayaan dirinya, ia pun berhasil mencetak nilai 11.033 berselisih tipis dengan Tasza Miranda yang mendapatkan nilai 11.000 di palang bertingkat.
Baginya meski sudah pernah terjun langsung ke pertandingan skala internasional seperti Asian Games, bertanding di PON tetap memberikan tekanan yang lebih besar.
Hal itu dikarenakan PON XX terselenggara di tengah kondisi yang tidak normal dan menjadi pertandingan pertamanya setelah adanya pandemi COVID-19.
Setelah emasnya ia persembahkan untuk Sulawesi Selatan dalam PON Papua, ia menargetkan prestasi baru untuk pertandingan selanjutnya bisa membela Indonesia dalam ajang SEA Games Vietnam.
“Aku gak muluk- muluk, semoga bisa (dapat) perunggu (untuk SEA Games),” ujar Muthia saat ditemui di hari terakhir final senam artistik PON XX Papua.
Nadia Indah
Bagi Nadia PON XX Papua sangatlah berkesan, tak hanya karena berjalan di tengah kondisi yang penuh pembatasan tapi juga karena bertepatan dengan momen perayaan hari lahirnya.
Pada kompetisi perorangan medali perunggu yang didapatkannya dari nomor palang bertingkat seakan menjadi hadiah perayaan 17 tahunnya dan juga bagi DKI Jakarta.
Selain medali perunggu, pada hari ketiga pertandingan senam artistik putri di nomor balok keseimbangan ia juga menyabet medali perak yang memiliki selisih tipis dengan perwakilan dari Jawa Timur Jelena Sandra yang menempati posisi pertama.
Nadia telah menjalani pelatihan senam sejak usianya masih sangat belia yaitu 7 tahun.
Atlet binaan Eva Butar Butar sang legenda senam artistik putri itu merasa PON Papua menjadi sarana pembelajaran untuk berkompetisi dengan atlet terbaik se-Indonesia.
“(PON pertama ini) aku deg-degan banget. Nervous sama tegang. Sekarang sudah selesai, senang banget, bersyukur bisa selesai dan melewati ini dengan hasil memuaskan,” kata Nadia.
Sebagai atlet debutan dari daerah yang sama dengan diva senam artistik Indonesia yaitu Rifda Irfanaluthfi, Nadia merasa bersyukur bisa berada satu tim membela Provinsi Ibu Kota.
Meski menang di nomor palang bertingkat dan balok keseimbangan, sebenarnya Nadia lebih menyukai alat meja lompat (vaulting table).
Namun sayang pada babak kualifikasi PON, ia justru tak bisa mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga tak bisa bertanding di meja lompat.
Oleh karena itu, pada pertandingan selanjutnya yaitu SEA Games Vietnam ia berharap bisa membela Indonesia di nomor vaulting table.
“Kalau diizinin Tuhan, untuk target selanjutnya bisa ikut SEA GAmes (di nomor) vaulting dan bisa tiga besar,” ujarnya.
Yogi Novia Laila R
Yogi Novia Laila R yang akrab disapa Yogi pada PON XX Papua membela dan membawa sejarah baru bagi Provinsi asalnya Jawa Tengah.
Ia berhasil menyabet medali perak dari nomor lantai dengan perolehan 12.233 mengungguli Amalia Fauzia dari Jawa Timur yang memiliki selisih 100 poin.
Dara berusia 18 tahun itu mengaku bangga bisa membawa perubahan dan memberikan medali setelah Jawa Tengah sudah lama tak pernah menerima medali dari senam artistik.
“Awalnya aku pesimis sih, karena hari pertama itu aku nilainya cuma 9 sampai 10, karena tegang banget. Tapi aku coba lakuan yang terbaik saja dengan enjoy. Sempat tegang, tapi ternyata ini menjadi sejarah buat Jawa Tengah karena sebelumnya belum pernah dapat medali,” ujar Yogi.
Ia mengaku salah satu tantangan berlatih untuk PON di daerahnya adalah kesulitan alat- alat yang mendukung latihannya.
Oleh karena itu, Yogi berharap akan bisa ada pusat pelatihan senam yang lebih berkualitas di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Pati.
“Aku ingin terus bela Jawa Tengah karena selalu ada dihati,” tutupnya.
Salsabila Hadi
Salsabila merupakan atlet debut paling muda di PON Papua untuk senam artistik putri.
Ia saat ini berusia 15 tahun dan pada debutnya ia berhasil menghasilkan medali perak di nomor meja lompat perorangan.
Mencetak poin total 12.283, Salsabila berada di bawah posisi Rifda Irfanaluthfi yang mendominasi vaulting table dengan nilai di atas 13.000.
Dengan hasil yang baik di PON pada nomor meja lompat, Salsabila yang juga masuk dalam pelatnas di Jawa Timur pun ingin memperdalam spesialisasinya di alat ini.
Selain meja lompat, Salsabila juga ingin memperdalam spesialisasinya di senam lantai.
Sayang pada nomor senam lantai, Salsabila di final PON XX Papua tak tampil maksimal karena cedera yang dialaminya.
Padahal ia sudah menargetkan medali perak di nomor lantai namun harapan itu tak terwujud karena ia sempat terjatuh dan harus berakhir di posisi ke delapan.
Meski demikian, ia tetap berusaha akan tampil maksimal pada pertandingan terdekat yaitu SEA Games.
Para atlet debutan dalam PON Papua untuk senam ini memiliki potensi yang masih besar dan bagus jika dilatih dengan optimal.
Harapannya lewat kehadiran talenta- talenta baru di ajang PON Papua, Indonesia bisa memiliki pembinaan atlet yang matang sehingga semakin banyak prestasi yang bisa disumbangkan dari senam artistik.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Teguh Handoko
Sumber: ANTARA
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).